Meluruskan Tudingan Film “The Santri” Liberal

The santri

Sedang ramai diperbincangkan di media sosial soal film “The Santri”. Banyak yang menuding buruk soal film tersebut bahkan mulai pagi hari Senin tanggal 16 September menjadi trending topik di twitter dengan hastag #BoikotFilmTheSantri.

Salah satu tweet dari akun twitter dengan nama @dzoemient12 mencuit “penyesatan agama menyerbu secara masive skr. Salah satunya dengan tayangan televisi atau Film. Hati2 dengan film yang satu ini, sutradara non muslim dan mengambil tokoh dari tokoh agama yg…. Ah syudahlah #BoikotFilmTheSantri” dengan menyertakan gambar Film The Santri.

Selain itu, banyak lagi cuitan tentang komentar negatif soal film The Santri. Trending tersebut sebelumnya berawal dari kecaman ketua Front Santri Indonesia (FSI) Hanif Alathas yang merupakan menantu dari Rizik Sihab Imam besar Front Pembela Islam (FPI). Hanif menolak film The Santri karena berpandangan bahwa film tersebut tidak mencerminkan akhlak dan tradisi santri yang sebenarnya.

Kecaman itu juga beredar dalam poster yang diutarakan Luthfi Bashori pengasuh pondok pesantren Ribath al Murtadho al Islami Singosari Malang. Dalam poster tersebut berisikan wasiat KH Luthfi Bashori yang berbunyi “Para santri dan jama’ah yang mengaji kepada saya, dimana saja berada. Mohon kalian jangan menonton film The Santri (2019) karena film ini tidak mendidik. Cenderung liberal. Ada akting pacaran, campur aduk laki perempuan, dan membawa tumpeng ke gereja. Jelas sekali adegan ini melanggar syari’at. Bukan tradisi pesantren Aswaja”. Pada intinya kedua statement tersebut menjadi pemicu ramainya perbincangan soal film The Santri yang dianggap tidak mendidik dan cenderung Liberal.

Film The Santri merupakan film yang diinsiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui NU Chanel yang bekerja sama dengan sutradara Livi Zheng dan Kuen Zeng serta penata musik Purwa Caraka. (Nu.or.id) Film ini akan tayang pada Oktober mendatang yang berbarengan dengan Hari Santri Nasional. Film ini di intangi oleh Azmi Askandar Al-abshor (Gus Azmi), Wirda Mansur, Veve Zulfikar, dan Emil Dardak. Mereka merupakan anak muda yang juga merupakan santri dan kader Nahdlatul Ulama.

Akhir-akhir ini sudah beredar trailer film The Santri berdurasi 2 menit 45 detik yang diupload di akun Youtube NU Chanel. Dalam trailer tersebut ditampilkan beberapa adegan tradisi santri pesantren, kisah romantisme santri, dan penyerahan tumpeng di gereja. Dalam trailer tersebut juga ditampilkan testimoni KH. Sa’id Aqil Siradj (Ketua Umum PBNU), beliau mengatakan bahwa film The Santri mengandung nilai Islam yang santun, toleran, ramah, plural, dan Islam berbudaya akhlakul karimah berperadaban.

“Jauh dari Islam radikal, Islam ekstrim, apalagi Islam teror. Islam sebenarnya dari kata salam, salom, peace, damai,” kata Kang Said.

Meskipun belum tayang, film yang di bintangi Azmi Askandar (Gus Azmi) itu menjadi polemik di kalangan netizen. Muncul kecaman dari Front Pembela Islam. Mereka berpendapat film The Santri tidak mendidik dan lebih cenderung liberal. Entah atas dasar apa kecaman ini di utarakan. Sehingga menjadi ramai di media sosial khususnya warga twitter.

Menurut saya kecaman ini terlalu terburu-buru tanpa adanya analisis yang matang. Karena film The Santri sendiri belum tayang otomatis mereka belum melihat secara utuh film tersebut. Sehingga tidak sepantasnya kecaman itu dilontarkan. Andai pun kecaman itu berdasarkan trailer yang beredar, tidak lah tepat berkomentar negatif terhadap film The Santri dengan mengatakan tidak mendidik dan cenderung liberal. Karena yang di tampilkan di trailer tersebut di antaranya yaitu potret santri yang sedang berlatih silat, kibaran bendera merah putih, shalat berjamaah, kegiatan santri yang sedang mengaji, ketulusan cinta, dan terdapat adegan menghormati agama lain.

Dari sekian adegan itu, tidak ada satu pun adegan yang tidak mendidik dan liberal. Sebaliknya, berbagai adegan itu memiliki nilai-nilai positif yaitu nilai nasionalisme, perjuangan, religiusitas, toleransi, optimisme, dan nilai ketulusan persahabatan santri. Bahkan dalam adegan itu mengangkat derajat santri yang selama ini dipandang sebelah mata dan diremehkan oleh sebagian kalangan karena terkesan kolot dan jadul menjadi modern dan kaya akan prestasi. Santri mampu bersaing bukan hanya di tingkat lokal tetapi santri mampu bersaing di tingkat internasional. Jadi komentar negatif soal film The Santri merupakan sesat fikir karena pada realitanya jauh dari apa yang ditudingkan.

Seharusnya pihak yang mengecam dan berkomentar negatif terhadap film The Santri mengamati terlebih dahulu film tersebut setelah tayang Oktober mendatang. Selain itu perlu juga mengklarifikasi kepada produsen dan team creative film tersebut. Setelah itu semua dilakukan, barulah berkomentar terhadap film ini. Jika belum pernah menonton dan mengamati betul film ini maka komentar itu hanyalah berdasarkan halusinasi dan pengamatan yang dangkal.

Bahkan jika komentar yang diutarakan itu tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya maka itu  termasuk kedalam keadaan sesat fikir. Sesat fikir adalah situasi dimana realita tidak sesuai dengan pemahaman yang diutarakan. Penyebab adanya sesat fikir karena terlalu banyak berhalusinasi tanpa adanya klarifikasi, pengamatan yang mendalam, dan terlalu terburu-buru dalam memvonis sebuah perkara.

Penulis: Didi M Hadi, Wakil Ketua IPNU Kota Yogyakarta

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *