Mbah Moen dan Kenangan Sebuah Buku

Syaikhuna Maimoen Zubair

Wafatnya Syaikhuna Maimoen Zubair membuat ingatan penulis melayang pada Maret 2019. Saat itu penulis menuju Purwokerto untuk satu keperluan dinas. Membunuh waktu perjalanan, kami membawa bekal sebuah buku tipis berjudul ‘Syaikhuna (KH Maimoen Zubair) wa Usrotuhu’. Ini buku lumayan lawas. Yang penulis dapatkan cetakan III tahun 2016. Beli dari seorang kawan, dosen Sastra Arab UIN Sunan Ampel Surabaya cum juragan buku dan aneka kitab.

Buku yang disusun Amirul Ulum ini diterbitkan oleh Lembaga Pendidikan Muhadloroh PP Al-Anwar, Karangamngu, Sarang, Rembang. Jadi insya Allah membaca buku ini sanadnya shohih, valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

Bacaan Lainnya

Buku setebal 126 halaman ini terdiri dari 5 (lima) bab. Dimulai Bab I Leluhur Syaikhuna Maimoen Zubair, Bab II (Profil) Syaikhuna Maimoen Zubair, BAB III Saudara-saudari Syaikhuna Maimoen Zubair; BAB IV Istri-istri Syaikhuna Maimoen Zubair dan BAB V Putra-putri Syaikhuna Maimoen Zubair. Jadi ringkas kata, membaca buku ini, kita akan melihat samudera kedalaman ilmu Syaikhuna Maimoen Zubair lengkap dari leluhur hingga seluruh keluarga beliau.

Kenapa membaca sejarah ulama itu penting? Karena penulis meyakini dengan membaca sejarah para masyasyikh setidaknya kita mendapat gambaran laku spiritual mendalam. Membaca sejarah mereka, orang-orang sholih, adalah sebuah ibadah tersendiri.

Ulama adalah sosok istimewa di sisi Allah SWT. Merekalah para penerus perjuangan Baginda Rasulullah SAW yang memegang tongkat estafet mengibarkan bendera Islam. Ulama adalah bersemayamnya ilmu Allah SWT. Maka tidak heran jika kemudian banyak yang berbondong-bondong menimba ilmu kepada seorang ulama.

Sementara kita wajib ingat, salah satu syarat mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah adalah menghormati ulama. Termasuk salah satu bentuk penghormatan kepada seorang ulama adalah penghormatan terhadap keluarga beliau.

Maka, jika kita tidak dapat menjadi santri mukim, ya jadi santri kalong. Kalau tidak bisa ya minimal sekali menjadi santri kalong online. Baca manaqib para masyasyikh, riwayat hidup, perjuangan dan riyadloh mereka yang memang belajar sungguh-sungguh sejak usia muda. Menjaga perilaku dan tutur kata, berbuat lemah lembut dengan sesama. Untukmu Syaikhuna lahul fatihah….

Sukonandi, 8 Agustus 2019

Nb: saat naskah ini diketik, penulis disambangi Pak (Plt) Kepala KUA Kalibawang Mas Wildan

Bramma Aji Putra, Humas Kemenag DIY dan Pengurus LTN PWNU DIY

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *