Mbah Maimoen Pakune Tanah Jawa

mbah maimoen

Dawuh Mbah Kyai Jamal Tambakberas Jombang dalam tahlilan malam 6 kapundut e (wafatnya) Syaikhina Maimoen Zubair di PP Al Anwar Sarang.

Pertama, Mbah Jamal minta maaf karena suara beliau habis, apalagi dapat dawuh untuk menyampaikan mauidhoh, maka badan beliau terasa adem panas.

Bacaan Lainnya

“Saya takut kualat.  Saya datang untuk tabarukan, semoga dapat ketularan dan dapat kena etrum berkahnya Mbah Moen,” kata Kyai Jamal.

Tapi karena tamu, lanjut Kyai Jamal, maka berlaku kaidah.

الضيف كالميت

“Tamu itu seperti mayit.”

“Saya didawuhi untuk mauihdoh. Tapi ini bukan mauidhoh, hanya ngomong matur saja.”

Mari kita renungkan Dawuh e Allah kepada nabi;

Isa bin maryam: nuturono siro neng awakmu dewe, nek wes iso, lagi nuturi wong liyo, Nak gak iso, isino marang Allah.

(Nasehatilah dirimu sendiri. Kalau sudah bisa, baru menasehati orang lain. Kalau gak bisa, maka sebaiknya bersikap malu kepada Allah)

“Ibdak bi nafsik fa bi ghoirih.” Mulailah dari dirimu sendiri, baru kemudian kepada orang lain.

Kyai Jamal melanjutkan bahwa 1000 tahun lalu, pada pertengahan abad 5 hijriyah, Imam Ghozali lahir 450 hijrah.

Syech Fatah al Mausiri menulis surat kepada Imam Ghazali, isinya, “Ya Imam Ghazali, Uktub li kalimatan mauidhotan li.” ‘Tulilah satu kalimat yang jadi nasehat buat aku.’

Kemudian Imam Ghazali menulis, “Innal maidhota zakatun .” ‘Sesungguhnya nasehat itu berdzikir.’

Kalau zakat mesti ada nisabnya, kapan belum sampai nisab, ya belum wajib zakat. Maka, nisab diri kita ini adalah bisa menasehati diri sendiri.’ Sebab gak mungkin seseorang yang tidak punya cahaya bisa memberi cahaya.

“Padahal saya sendiri masih  peteng dedet (gelap gulita). Bagaimana bayang-bayang bisa lurus, kalau kayunya bengkok. Maka ini bukan  untuk memberi mauidhoh. Ini hanya dongeng.”

“Meningal di Makkah itu gak gampang, susah, kecuali orang yang memang dipilih Allah. Mbah Bisri Syansuri umroh didampingi Kiai Aziz Mashuri, gerah, mboten purun diperiksa lan berobat kedokter sebab pengen kapundut teng Makkah, mboten kapundut-kapundut akhire wekdal umroh diperpanjang waktunya, habis waktunya, diperpanjang lagi saking pengene sedo teng Mekah tapi tetap mboten sedo teng Mekah. Begitu kundur tidak begitu lama kapundut di Jombang.”

“Mbah Muslih Mranggen saget sedo teng Mekah, Kiai Masruri Bumi Ayu Brebes saget kapundut dimaqamkan di Baqi. Mbah Moen saget kapundut di Mekah, bejo kapundut di Mekah.”

Dari Abi Said al-Khudri, “Khomsatun wajabat lahumul jannah,” kata wajabat beliau maknani, lima orang yang ditetapkan masuk surga.

Pertama, Almaratu as sholihat al muthiatu li zaujiha, istri yang sholihah yang Manut wong lanang, ora ngelarani atine wong lanang, wanita yang selalu matur, nopo malam ini jenengan ngersaake kulo.

Kedua, Al waladu al muthi’u li abawaihi. Banyak wali, ulama yang besar itu karena berbakti kepada ortu. Tapi sekarang krisis akhlak, anak menyakiti ortu, menyakiti guru. Padahal nasehat Abu Hurairoh kepada sahabat yang lain, yakni sahabat Abu Ghosan.

Ketika pada siang hari terik matahari, Abu Ghosan jalan-jalan dengan bapaknya ketemu Abu Hurairoh, ditanya siapa ini Abu Ghosan?

Dijawab: beliau bapakku.

Abu Hurairoh pesan:

  1. Jika kamu berjalan dengan bapakmu jangan mendahului, kalau jejer maka jangan diselani orang lain, karena kalau kesandung seng nulungi anak e disik, dudu wong liyo. Kalau bapakmu haus, maka yang paring unjuk an anaknya dulu bukan orang lain.
  2. Kalau bapakmu duduk dilantai bawah (lantai 1), maka jangan engkau berjalan dilantai 2, bapakmu lenggah dibawah kamu jangan duduk di atas kursi.
  3. Kalau sedang makan bersama, bapakmu memandang lawuh maka lawuh itu jangan kamu ambil untuk kamu. Karena bapakmu ngersakno lawuh iku, kamu harus mendahulukan beliau.

Mbah Moen itu “mutik li abawaihi.” Ta’at kepada orang tua penting sekali. Al-Ghozali dalam ihya juz 2 beliau nukil, “wa qila”.

Ketika Nabi Yusuf jadi raja di Mesir mengganti Raja Royan, Nabi Yusuf duduk di singgasana. Nabi Ya’kub nuweni di Mesir, sebenarnya Nabi Yusuf sangat hormat kapada Nabi Ya’kub tapi beliau tidak berdiri dengan kehadiran ayahnya (Nabi Yakub). Maka Allah menegur Nabi Yusuf dengan cara Nabi Yusuf tidak punya anak yang jadi Nabi.

Ketiga, orang yang meninggal dalam perjlanan beribadah di Mekah.

Mbah Moen kapundut dalam ibadah haji ke Mekah. Kok orang alim dan sholeh seperti Mbah Moen, orang yang lacut tapi dalam perjalanan ibadah ke Mekah saja dapat syafaat Kanjeng Rasul kok.

Diceritakan Hatim al-Ashom w.207 h. Beliau punya canggah guru namanya Syech Sufyan Tsauri.

Syech Sufyan as-Tsauri ketika ibadah haji ketemu anak muda yang waktu melakukan ibadah haji ritual apapun hanya baca sholawat tok. Ditegur sama Syech Tsauri, “Li kulli makan maqol.” Kok kamu hanya baca sholawat, apa ada rahasianya?

Karena yang tanya Syech Sufyan maka pemuda itu terus terang. Pemuda itu berangkat haji dengan bapaknya dari Khurasan tiba-tiba di tengah jalan bapaknya meninggal, wajah bapaknya berubah jadi himar. Tutur pemuda itu, “kulo sedih dan nangis, wajah bapak kulo tutup karena malu”.

Karena capek pemuda ini tertidur dan mimpi ketemu laki laki ganteng, bersih dan bersinar, bertanya kepada pemuda itu;

Apa yang menyebabkan kamu susah?.

Pemuda itu menceritakan kejadian yang menimpa ayahnya. Laki-laki tampan itu kemudian mengusap wajah ayahnya, tiba tiba wajah bapaknya menjadi bersinar terang seperti cahaya bulan purnama..

Pemuda bertanya siapa panjenengan?

Aku Muhammad bin Abdullah, Rasulullah. Pemuda itu memeluk baginda Nabi dan bertanya,

Terus kenapa bapakku seperti ini?

Dawuh Nabi, ketika hidupnya bapakmu melakukan dosa keterlaluan. Orang yang melakukan dosa keterlaluan wajahnya berubah jadi keledai, ada kalanya di dunia ada kalanya di akhirat, kebetulan bapakmu berubah di dunia.

Tapi kenapa Engkau hadir ya Nabi?

“Karena bapakmu sebelum tidur selalu baca sholawat 100 kali”

Maka pemuda ini, dalam melaksanakan manasik haji setiap langkah dan geraknya baca sholawat.

Keempat, Shohibul khulukil hasan.

Mbah Moen punya akhlak yang luar biasa. Loman, tawadhuk, kasih sayang, sabar dan mencintai ilmu dan masyarakat.

Kelima, Muadzin mukmin, mukhlis lillahi taala.

Kalau kita metani Mbah Moen, beliau tidak punya akhlak yang jelek, beliau penuh (kebak) ahlak mahmudah.

************************

Kita nderek tahlilan supaya ketularan ahlak baik e Mbah Moen. Kita diharap punya salah satu dari 3 perkara.

  1. Shodaqoh jariyah, berapa pondok yang dibangun Mbah Moen, madrasah dan masjid yang dibangun beliau, semua tak terhitung, sedang kita belum punya sangu semoga kita bisa nyonto beliau.
  2. Ilmu yang manfaat, Mbah Moen selalu mengajar kepada santri dan masyarakat, termasuk politik kebangsaan dan sikap nasionalisme.
  3. Anak anak sholeh, putrane Mbah Moen alim-alim dan sholeh sholeh.

Mugo kita angsal setrum e Mbah Moen…walau setrum e cilik nek enek setrum e tetap menyala. Mugi mugi saget meneladani beliau, nyesep ilmu beliau dan kempal beliau di surga Allah.

Oleh: KH. M.Djamaluddin Ahmad Tambakberas Jombang (Tahlilan Malam Ke 6 Wafat SiMbah KH. Maimoen Zubair, Sarang 11 Agustus 2019)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *