Mas In’am: Mantan Napiter 99 Persen Memiliki Background Muhammadiyah

Muhammad In'am Amin
Muhammad In'am Amin

Berita NU, BANGKITMEDIA.COM

Acara diskusi terbatas dan buka bersama yang diadakan oleh Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) pada hari Sabtu, 26 Mei 2018, bertempat di Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNU DIY). Diskusi bertema “Terorisme dan Hate Speech: Tragedi Kemanusiaan dan Bayang-Bayang Politik”. Selain dari NU dan LPBHNU juga menghadirkan para jurnalis-jurnalis media cetak maupun online.

Muhammad In’am Amin atau kerap disapa Mas In’am seorang pengamat terorisme. Mas In’an dalam diskusi ini sebagai narasumber. Selain pengamat beliau juga sebagai Direktur Program 1 (Pemberdayaan dan Pendampingan) Yayasan Lingkar Perdamaian, yayasan ini bergerak dalam pembimbingan dan pengawasan mantan Napiter (Narapidana Teroris).

Bacaan Lainnya

“Mantan Napiter 99 persen memiliki background Muhammadiyah, baik dari latar belakang alumni sekolah Muhammadiyah atau keluarga Muhammadiyah,” tegas Mas In’am.

Peryataan Mas In’am berdasarkan pengamatannya dari para mantan Napiter yang dalam naungan Yayasan Lingkar Perdamaian. Yayasan Lingkar Perdamaian beralamat di Jalan Masjid Baitul Muttaqin No. 01 RT.08/RW.03 Desa Tengulun, Solokuro, Lamongan.

Mas In’am ini masih tetangga dan satu desa dengan Napiter Ali Imron dari Lamongan. Jadi Mas In’am tahu betul latar belakang pendidikan dan keluarga Ali Imron dan Amrozi cs. Yayasan Lingkar Perdamaian ini melakukan aksinya dengan roadshow ke lapas-lapas yang ada tahanan Napiter. Yayasan ini melakukan Pemberdayaan dan Pendampingan supaya para mantan Napiter tidak terlantar dan terjerumus lagi ke jaringan terorisme.

Dari penemuan dalam bergelut dengan mantan Napiter, Mas In’am menemukan bahwa background mantan Napiter ini berasal dari alumni sekolah Muhammadiyah. Kalaupun tidak dari alumni sekolah bisa dari keluarga Muhammadiyah. Ini terbukti dengan serangan teror yang dilakukan salah satu oknum Muhammadiyah di Surabaya beberapa pekan lalu. Pelaku ini memiliki ikatan keluarga dengan para mantan Napiter.

“Para kader Muhammadiyah yang terjerumus ke aliran extremisme ini karena gagal dalam memahami dalil jihad yang diajarkan di sekolah maupun dari ceramah-ceramah dai,” imbuh Mas In’am.

Peryataan ini dikuatkan oleh mantan Napiter Poso dalam pimpinan Santoso yang dibawa Mas In’am dalam diskusi ini. “Aku terjerumus ke terorisme karena gagal paham dalam memaknai jihad, titik balik saya untuk keluar dari terorisme karena sekarang banyak pengeboman yang salah target,” tutur mantan Napiter.

Extremisme bisa muncul dari Rohis (Rohani Islam) di Sekolah atau Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Hal ini yang perlu diwaspadai semua elemen baik dari Masyarakat Sipil, TNI, Polri dan Pemerintah. Mengingat kampus dan sekolah menjadi ladang penyebaran paham atau ideologis extremisme. Kenapa di kampus dan sekolah? Karena, mahasiswa dan siswa yang bukan dari background pesantren sangat mudah untuk dimasuki extremisme. Langkah konkrit yang bisa kita lakukan adalah mencegah para penganut ideologis extremisme dan terorisme sebelum melangkah ketindakan terorisme. (Hadi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *