KH. Henry Sutopo, Santri KH Ali Maksum, tinggal di Krapyak.
Tahun 1981, usiaku belum genap 23 tahun. Aku diangkat jadi PNS Abdi Negara untuk mengajar di SMPN Sumbawa. Sebuah profesi yang cukup prestise pada masa itu. Gaji tetap, masa depan cerah dan menjanjikan, apalagi untuk melamar anak Gadis, tentu calon mertua tidak perlu berfikir panjang.
Cuma pada saat itu aku sedang banyak mengemban tugas di Pesantren Krapyak yang tidak mudah ditinggalkan.
Persiapan berangkat ke Sumbawa sudah matang..bahkan uang transpot dari Pemerintah 2,5 juta sudah kupegang…
Seminggu sebelum berangkat aku tidak bisa tidur…karena aku harus pamit sama Mbah Ali Maksum…Kyaiku yang sangat ku ta’dzimi.
Aku sudah membayangkan betapa duko (marah) nya Beliau…jika tahu aku jadi PNS dan harus meninggalkan Pesantren.
Lagian aku ingat pesan Beliau…aku ndak boleh Kuliah..tidak boleh studi di Timur Tengah padahal teman-temanku sekelas banyak yang ke sana…aku tidak tahu…kenapa aku sendiri yang tidak boleh…
Karena limit waktu…ba’da Subuhan kuberanikan diri untuk Pamit Beliau apapun yang terjadi aku siap…kebetulan saat itu Beliau sedang ditemani Mbah Nyai Putri…akupun matur (berbicara) apa adanya…sekalian minta maaf karena diam-diam kuliah di IKIP N Jogja (sekarang UNY) sampai diangkat jadi Pegawai Negeri Sipil.
Selesai aku matur…kelihatan sekali Mbah Ali Maksum sangat tidak berkenan…apalagi Mbah Putri…karena saat itu aku menjabat REKTOR Madrasah Diniyah.
Mbah Ali bertanya dengan nada tinggi..
:”Kowe mau digaji piro sama Negara?”
Kujawab sambil ndredeg:” 150 ribu Yai…(riil memang segitu)”
Mbah Ali :”Rasah brangkat!…kowe tak bayar 300 ribu!” Tanpa ada kesempatan njawab aku terus ditinggal pergi…
Akupun pamit sama Mbah Putri…pulang dengan hati bergejolak…tapi itu keputusan yang harus kuterima.
Sebulan kemudian aku ditimbali Beliau Mbah Ali sambil disodori uang 300 ribu rupiah…
:”Ini janjiku…mbayar sebulan…tapi bulan depan jangan njaluk aku!”
Aku kaget :” Lha kulo minta Siapa?…”.
Mbah Ali :” Terserah kamu…aku kan janji mbayar sebulan to..!.tidak setiap bulan?” Sambil tersenyum melirik Mbah Nyai Putri yang saat itu ada di kamar…
Akupun pamit…kucium tangan kedua Beliau yang sangat kuhormati…Alloohummaghfir lahumaa warkhamhumaa…
Sebuah KEPUTUSAN yang tidak pernah kusesali bahkan akan KUSYUKURI dalam sejarah hidupku..