LD PWNU DIY Gelar Sarasehan Haji

Bangkitmedia.com, YOGYA – Lembaga Pengurus Wilayah Nahdlatul ‘Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (LD PWNU DIY) menggelar Sarasehan Haji secara berseri. Sarasehan Haji dengan tema Teori, Praktik dan Regulasi ini untuk seri pertama digelar Senin 22 Juli 2024 malam secara hibrid. Sarasehan secara langsung dilaksanakan di ruang rapat PWNU DIY Jalan MT Haryono Pugeran Yogyakarta.

Sebagai narasumber KH Ahmad Rosyidin Mawardi dari Lembaga Dakwah PBNU, Dr H Muhajir MSI (Sekretaris PWNU DIY yang baru saja pulang haji sebagai petugas) dan Drs H Noor Hamid dari Pusat Studi Manajemen Haji dan Umrah Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga yang juga Sekretaris DPW IPHI DIY. “Dalam waktu dekat akan disusul kegiatan sarasehan seri-seri berikutnya,” kata KH Tajul Muluk, Ketua LD PWNU DIY.

Wakil Ketua PWNU DIY, H Ahmad Lutfi mengapresiasi kegiatan sarasehan ini. Dia optimis hasil sarasehan akan berguna bagi masyarakat maupun bagi pemerintah sebagai penyelenggara haji. “Problema haji itu sangat banyak. Sebab menyangkut ibadah yang dilakukan banyak orang dan lokasinya di negara lain, yaitu Arab Saudi. Karena itu evaluasi perlu terus dilakukan,” katanya.

Drs Noor Hamid sebagai pemateri menjelaskan berbagai aturan terkait penyelenggaraan ibadah haji dan berbagai problemanya.Menurutnya, persoalan haji dari waktu ke waktu masih sama, di antaranya: daftar tunggu (waiting lits) keberangkatan haji, kuota haji, dokumen haji (paspor dan visa); bimbingan manasik, jamaah Haji, petugas Haji, kesehatan (istita’ah – miningitis dll); akomodasi (Asrama Haji, Hotel, dan Armuzdna), transportasi, dan katering.

Ini semua perlu penyelesaian yang harus segera disikapi secara taktis dan langsung. “Penyelenggaraan haji dan umrah tidak cukup dikritisi, tetapi perlu diberikan solusi dan kerja sama semua komponen bangsa,” tegasnya.
Sementara itu Dr Muhajir mengingatkan perlunya penguatan manasik haji pada 3 (tiga) level. Pertama, level pengetahuan. Kedua, level amaliyah dan Ketiga, level psikososial.

Sedang KH Ahmad Rosyidin Mawardi lebih menitikberatkan bahwa rukun dan wajib menjadi kunci pokok dalam puncak pelaksanaan haji, sehingga tidak boleh yang wajib dikalahkan oleh yang sunah.Dijelaskan, ibadah haji itu mudah, tidak perlu menghafal bacaan-bacaan tertentu seperti saat sholat. “Haji itu ibadah fisik. Jadi yang penting fisiknya melakakukan aktivitas-aktivitas sesuai ketentuan, misalnya Thawaf dan Sa’i. Untuk melakukan initidak harus membaca apa-apa, sambil diam saja boleh,” jelasnya. (Lutfi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *