Launching Garda Fatayat (Garfa): Saya Menangis Jadi Saksi Momen Bersejarah Ini

mbah anggia dan mbak khotim

Hari bersejarah. Tidak ada perjuangan yang sia-sia. Adagium ini sangatlah tepat untuk menggambarkan moment launching Garda Fatayat NU (Garfa), Jumat, 25 Oktober 2019, pukul 16.00.wib, di Kantor PBNU. Ketum PBNU, KH Said Aqil Siroj menyatakan bahwa Garfa sebagai wadah resmi pengkaderan Fatayat NU. Hadir juga Sekjen PBNU KH Helmy Faisal Zaini, Ketum PP Fatayat NU bersama sekum dan pengurus lainnya.

PW Fatayat NU DIY sebagai inisiator Garfa dan penyelenggara DTD Garfa pertama kali sontak mengharu biru. Kader Fatayat NU DIY menyambut dengan pemaknaan yang beragam. Itulah istimewanya sahabat Fatayat NU DIY, selalu kritis dan tidak pernah seragam dalam argumen. Saya pribadi menyaksikan moment bersejarah ini dengan tangis haru.

“Perjuangan belum selesai, Mbak,” demikian kata Kasatwil Garfa DIY sahabat Fetra Nuk Hikmah yang juga diundang bersama saya di Jakarta. Betul, perjalanan masih panjang untuk memajukan Fatayat menjadi organisasi yang dinamis, progresif, dan inovatif tanpa meninggalkan akar tradisi NU.

Garfa yang lahir pada 3 Februari 2019 di Sompok, Imogiri, Bantul, adalah buah kerja keras seluruh sahabat Fatayat NU DIY. Ini adalah jariyah untuk organisasi yang kita perjuangkan bersama di atas tantangan dan tentangan yang tidak kecil.

Terimakasih kepada seluruh sahabat Fatayat NU DIY, khususnya bidang Sosbud, bidang OPP yang membidani Garfa, pengurus PW Fatayat DIY dan PC Fatayat se DIY, pengurus Garfa dll. Terima kasih kepada PP Fatayat NU yang sudah mengapresiasi dan melaunching Garfa. Semoga berkah dan manfaat untuk semua.

Menutup tulisan ini sekaligus memaknai lahirnya Garfa, saya jadi ingat pesan almarhumah ibunda, “Berjaraklah dengan buah kebaikanmu, supaya hatimu ikhlas dan tidak merasa menjadi yang paling berjasa.”

Meski pesan ini dalam konteks berbeda, yakni ketika Ibunda bersama dua sahabatnya menginisiasi dan mendirikan klinik (sekarang sudah menjadi RS) dan kami putra/i-nya tidak diizinkan ibu untuk mendaftar sebagai pekerjanya. Ketulusan Ibu adalah teladan bagi kami, putra putrinya. Laha al Fatihah.

Jakarta, 26 Oktober 2019

Penulis: Khotimatul Husna, Ketua PW Fatayat NU DIY.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *