Lapangnya Hati Adalah Sumber Rizki

gus ulil

سعة الاخلاق كنوز الارزاق

“Budi pekerti legowo (lapang) adalah sumber rizki”

Bacaan Lainnya

Statement ini disampaikan Yahya bin Mu’adz dalam kitab Ihya’ Ulumiddin. Orang yang hatinya lapang melahirkan budi pekerti lapang, yang ditandai dengan senyuman, kejujuran, menyenangkan ketika diajak bicara, berempati kepada orang lain, bisa mendengarkan pembicaraan orang lain, tidak mendominasi orang lain, melayani dengan baik orang lain, dan pandai memberikan solusi-solusi bijak terhadap problem orang lain. Semua ini menjadi pintu rizki.

Sebaliknya, orang yang perangainya kasar, maunya didengarkan ucapannya dan malas mendengarkan ucapan dan keluhan orang, malas tersenyum, bermuka cemberut, tidak enak diajak ngobrol, dan suka mencela dan menjelekkan orang lain, adalah perilaku yang menutup pintu rizki (مفهوم مخالفة).

Oleh sebab itu, Sayyidina Umar berkata :

خالطوا الناس بالاخلاق وزايلوهم بالاعمال

“Berinterakasilah dengan orang lain, dengan keluhuran budi dan buatlah mereka nyaman dengan bukti nyata/real action”.

Akhlak atau budi pekerti adalah nilai utama dalam Islam karena menjadi visi misi utama Kerasulan Muhammad. Dalam hadis terkenal : انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق (sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keagungan Budi pekerti).

Akhlak adalah moralitas manusia yang membuatnya dicintai orang lain, seperti kesantunan, kearifan, rendah hati, kedermawanan, dan rasa malu. Akhlak ini membuat seseorang mampu menghargai orang lain, memanusiakan manusia, melihat dirinya tidak lebih tinggi dari orang lain, menghindari perilaku dan kata-kata yang menyakitkan hati dan perasan orang lain, dan selalu ingin melayani dan membahagiakan orang lain.

أن العبد ليبلغ بحسن خلقه عظيم درحات الاخرة وشرف المنازل وانه لضعيف في العبادة (الحديث

“Sesungguhnya hamba akan mencapai derajat akhirat yang agung dan kedudukan yang mulia dengan modal akhlak yang baik, meskipun dalam ibadah ia lemah”

Ibadah wajib harus dilaksanakan. Akhlak terpuji akan menyempurnakan ibadah tersebut di dunia dan akhirat. Hal ini lebih baik dari pada orang yang memperbanyak ibadah, wajib atau sunnah, tapi perangai dan akhlaknya buruk kepada orang lain, seperti bakhil, buruk sangka, sombong, dan suka mencela.

Tentu yang sempurna adalah orang yang kesalehan individualnya baik, dengan memperbanyak ibadah wajib dan sunnah. Tapi moralitasnya kepada orang lain juga baik dan menyenangkan. Ini menjadi manusia idaman yang dicita-citakan, karena kesalehan individualnya memancarkan kesalehan sosial.

Jika disuruh milih, maka ibadah individual cukup (melakukan yang wajib), namun kesalehan sosialnya tinggi, sehingga ia tetap mampu menebarkan kemanfaatan sebanyak-banyaknya kepada umat manusia.

Nabi adalah sosok teladan agung. Beliau tidak menjaga jarak kepada orang lain. Orang lain merasa enjoy bertemu dan berinteraksi dengan Nabi, mengeluhkan segala persoalan dan bebas menyampaikan ide dan gagasan. Orang lain merasa dilayani dengan sepenuh hati dan lahirlah kedamaian, kesejukan, dan kebahagiaan di hati yang tidak bisa ternilai.

Nabi mengajari dengan teori dan praktek kepada para sahabat dan seluruh umat Islam untuk menampilkan budi pekerti yang luhur dan bijak sebagai salah satu parameter utama dalam Islam. Inilah strategi Nabi dalam berdakwah sehingga bisa diterima, diamalkan, dan dikembangkan orang lain dengan penuh kesadaran, bukan pemaksaan.

Dikisahkan dalam hadis: sahabat-sahabat perempuan ketika sowan Nabi mereka senang dan bebas menyampaikan segala hal, karena Nabi sosok yang santun, menerima segala keluhan, memberikan solusi, dan jauh dari kata-kata yang menusuk hati dan perasaan. Sahabat merasa aman dan damai bersama Nabi.

Dalam hadis dijelaskan, سوء الخلق ذنب لا يغفر وسوء الظن خطيئة تفوح (budi pekerti yang buruk menjadi dosa yang tidak terampuni, sedangkan prasangka buruk merupakan kejelekan yang akan terendus dan menyebar).

Mari kita hadirkan wajah Islam yang ramah dan teduh yang menampilkan kesalehan individual dan sosial sekaligus, dan menghindari perilaku kasar, merasa paling baik, suka menghakimi orang lain, dan menimbulkan permusuhan dan pertikaian yang tidak berkesudahan.

*) Kopdar Ihya’ Bareng Gu Ulil Abshar Abdalla, di Masjid An-Nahdlah PBNU, Kamis malam Jum’at, 2 Agustus 2018

*) Disarikan oleh Jamal Ma’mur Asmani, Dosen IPMAFA Pati

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *