NU ITU
Ada puisi yang sering disampaikan Gus Dur. Puisi itu gubahan sufi agung, Ibn Athaillah al-Sakandari.
لَا تَصْحَبْ مَنْ لَا يُنْهِضُكَ حَالُه
وَلَا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقَالُهُ
رُبَّمَا كُنْتَ مُسِيئاً فَأَرَاكَ الْاِحْسَانَ مِنْكَ
صُحْبَتُكَ مَنْ هُوَ أَسْوَأُ حَالاً مِنْكَ
Tak usahlah kau temani
Mereka yang tingkahlakunya
Tak membangkitkan gairah hidupmu
Dan yang kata-katanya
tak membimbingmu kepada Tuhan
Boleh jadi engkau berbuat buruk
Tapi tampak olehmu sebagai kebaikan
Karena kau bersahabat dengan orang yang lebih buruk
Kata-kata di atas juga disampaikan para bijakbestari dari berbagai agama.
Janganlah kau berteman setia dengan orang-orang jahat, atau mereka yang berjiwa rendah
Bertemanlah dengan orang-orang baik
Dan mereka yang berbudi luhur
Ikutilah orang yang pandai dan bijaksana
Bagai bulan mengikuti peredaran galaksi
Gus Dur, sering menyampaikan di hadapan umatnya, bahwa syair “La Tashab” itulah yang mengilhami para ulama/kiyai pesantren, pada 1926, untuk memberi nama organisasi mereka: “Nahdlatul Ulama”, yang berarti Kebangkitan Ulama. Kini ia menjadi organisasi keagamaan terbesar di dunia, dengan berjuta-juta pengikut setia yang hari demi hari terus bertambah. Konon hari ini anggota Jam’iyyah NU ini berjumlah 91 juta. Ada tokoh NU yang menyebut, jumlah pengikut NU adalah semua warga Negara Indonesia, selain Muhammadiyah. Ukurannya mudah saja; sepanjang orang masih Tahlil pada hari kematian, maka dia orang NU. Ini mungkin saja sekedar berkelakar. Tapi kini konon, Muhammadiyah tidak anti Tahlil.
Kakek Gus Dur adalah pimpinan tertinggi pertama dengan sebutan “Rois Akbar”, Pemimpin terbesar. Predikat ini hanya disandang beliau. Ini karena beliau adalah guru dari para guru, kiyainya para kiyai. Gus Dur, sang cucu, kemudian melanjutkan, membesarkan dan membuat organisasi ini dikenal luas di dunia Barat maupun di dunia Timur.
(Baca : Samudra Kezuhudan Gus Dur)
20.06.19
Penulis: KH Husein Muhammad, Arjawinangun Cirebon.