Koreksi Bacaan Qur’an Ustadz Evie Effendi yang Viral.
Apa yang saya tulis di sini bukan untuk menggurui atau menyombongkan ilmu, hanya merasa terpanggil untuk mengkoreksi berdasarkan apa yang saya pernah pelajari selama pesantren. Mohon pada siapapun yang dekat dengan ustadz terkait dapat menyampaikan ini, berikut 20 koreksian saya:
1. Dalam ta’awudz hanya kurang sempurna menyebutkan dzal (ذ) bisa jadi pengaruh dialek daerah.
2. ‘Wa’ dari walaa (ولا) terdengar terlalu cepat. Catatan buat kita ketika membaca Al-Qur’an harus komitmen dengan kecepatan yg sama sesuai Maratib at-Tilawah.
3. Salah menyebutkan huruf Ha pada kata tankihu (تنكحوا) yang seharusnya Ha kecil (ح) sementara yang dibaca beliau adalah Ha besar (هـ)
4. Kurang sempurna membunyikan ش pada kata al-musyrikaat (المشركات), karna syin memiliki sifat Tafasysyi yaitu menyebar.
5. Ketika menyebutkan tasydid tidak perlu meninggikan suara seperti dalam kata Hatta (حتّى). Dalam tajwid itu dinamakan Nabr, silahkan cek di kitab-kitab tajwid atau di google di sana akan ditemukan apa saja bacaan yang boleh dinabr.
6. Untuk Hamzah yang sukun tidak boleh tawallud atau menyisakan suara kecil seperti pada kata yu’minna (يُؤْمن) menjadi seperti yu’e-minna.
7. Jika akan mewaqafkan bacaan, maka semua harakat akhir mesti disukun kecuali mad iwadh dan fathah yang bertemu alif. Seperti yu’minna (َّيُؤْمن) harusnya dibaca yu’minn (ّْيُؤْمن).
8. Bagi pembaca Al-Qur’an mesti memperhatikan itmamul harakat, seperti fathah dibaca A jangan eu, kasrah dibaca I jangan E, dan dhammah dibaca U jangan sampai dhammah dibaca O.
9. Masih tentang huruf, kha ( خ ) mesti sempurna makhrajnya. Jangan seakan dibaca ‘Ho’, ini tidak dalam Hijaiyah.
10. Lafazh ‘Musyrikatin’ (ٍمشركة) ketika diwaqaf harusnya berubah menjadi Ha menjadi Musyrikah (مشركه). Bedakan antara Ta marbuthah dengan Ta tanits.
11. Mungkin poin ini paling fatal karena membaca A’jabatskum (اعجبتكم) menjadi ‘Ajabtum (عجبتم) lalu beliau koreksi lagi menjadi ‘Ajabatkum (عجبتكم). Ini jelas sangat fatal karena mengganti makna ayat, dan jika dinilai dalam ilmu Lahn, ini adalah Lahn Jali (Kesalahan yang besar).
12. Untuk Mad Thabi’i yang terdapat di akhir kalimat, tetap tidak boleh dibaca lebih panjang dari 2 harakat seperti kata yu’minuu (يؤمنوا).
13. Kesalahan fatal lagi pada lafazh wa la’abdun (و لَعَبد) beliau membaca dengan wal’abdun (والْعبد) seolah-olah ada alif lam di sana.
14. Lafazh musyrikin (مشركٍ) kesalahannya sama seperti no. 7.
15. Lafazh ulaa-ika (اولئك) sama koreksiannya dengan nomor 2 dan 8.
16. Lahn Jali lagi-lagi terjadi di lafazh yad’uu (يدعوا) yang beliau baca sebagai yad’uuna (يدعون). Salahnya sangat fatal mengingat ini nisbatnya pada Allah yang mufrad.
17. Huruf ghain (غ) pada kata maghfirah (مغفرة) tidak boleh diqalqalah atau di tawallud sebagaimana koreksi di no. 6.
18. Lafadz bi idznihi (بإذنه) koreksiannya sama dengan no. 7.
19. Hi dalam lafazh Ayatihi (ٖاياته) harus panjang 2 harakat/1 alif karena mad Thabi’i.
20. Penggunaan waqaf mestinya tidak sembarang tempat, mungkin bisa dimasukkan sebagai waqaf inthizhari karena beliau sedang mengajar, tapi tidak sampai semena-mena seperti itu.
Over all, kesalahan lebih didominasi oleh ilmu tajwid yang belum mumpuni secara praktek.
Mungkin hanya segitu saja koreksian dari saya sebagai santri yang masih belajar dan berusaha mengingatkan yang saya anggap keliru. Jika ada lagi koreksian yang belum saya sentuh, mohon ditambahkan. Syukran jazaak.
Bogor, 28 Juni 2020.
Penulis: Humaidi SA.