Oleh : M. Rikza Chamami, Wakil Sekretaris PW GP Ansor dan Dosen UIN Walisongo
Jagat permedsosan kembali diguncang tsunami hoax. Dan sindikat penyebar hoax mengatasnamakan dirinya kelompok Muslim Cyber Army (MCA). Ngeri sekali. Nama suci muslim dipakai untuk organisasi yang kerjanya memproduksi dan menyebarkan fitnah.
Mungkin sudah mati rasa dan tidak lagi percaya bahwa dengan peringatan alfitnatu asyaddu minal qatl (fitnah lebih kejam daripada pembunuhan). Sehingga mereka membabi buta melakukan tindakan sadar dan melanggar hukum.
Sudah nampak sekali bahwa gelombang pekerja hoax itu dimotori oleh kelompok kecil yang terdidik. Karena merasa sedikit, maka perang yang mereka lakukan adalah di dunia maya. Tidak berani perang di dunia nyata.
Yang paling pedih adalah ketika berondongan peluru hoax itu diarahkan untuk memojokkan santri dan NKRI. Indonesia yang sudah damai dibikin kisruh di dunia maya dengan membuat tali temali fitnah.
Kyai yang sudah tenang mengajar di pesantren diteror dengan berita hoax tanpa tabayun. Setiap ada isu yang bisa menyulut kemarahan Kyai selalu diolah, digoreng dan diperpanjang perdebatannya.
Demikian juga santri, yang sudah mapan dan mulai paham literasi media dikompori dengan isu-isu sensitif berbalut syari’ah. Hasilnya santri diajak gelut dengan santri. Atau bahkan sengaja diciptakan adu domba santri dengan Kyai.
Islam yang damai dibuat ramai. Islam yang mulanya ramah dibuat marah-marah. Itulah prilaku ahlul fitnah wal jama’ah yang merusak visi ahlussunnah wal jama’ah.
Harus ditegaskan bahwa ada tiga pola yang dilakukan oleh kelompok penyebar fitnah via medsos ini:
Pertama, memproduksi dan menyebar berita hoax yang dibalut dengan isu sensitif sehingga warga pesantren marah. Bahkan mereka sudah menyimpan nomor-nomor tokoh penting yang secara kultural santri tapi memiliki jiwa kritis dan cepat marah tanpa klarifikasi. Ini menjadi sasaran paling empuk untuk melancarkan fitnahnya.
Kedua, membuat isu-isu sensitif fiqh mainstream. Sekali ditemukan pelanggaran fiqh mainstream oleh lawannya, maka akan dibesar-besarkan dengan ribuan jaringan medsos baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tujuannya satu, medsos geger dan ada aksi nyata menyalahkan kesalahan itu. Target utama adalah adudomba kalangan santri.
Ketiga, mendekati tokoh-tokoh dan menyimpan nomor penting sebagai landing area fitnah. Ini strategi ampuh dalam upaya perang dunia maya. Tokoh itu dibuat emosi dan marah sehingga ada gejolak dan respon penolakan dan penyalahan. Muncullah saling menyalahkan.
Disitulah penting kiranya bermedsos secara sehat. Dan gerombolan ahlul fitnah perlu dibersihkan oleh aparat penegak hukum.
Bermedsos sehat dengan cara hemat menarik sekali agar gerombolan penyebar fitnah tidak lagi merusak negeri yang sudah damai.