Konsepsi Iptek dalam Al-Qur’an. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang kemudian disebut iptek, merupakan konsepsi dua sisi mata uang, berbeda namun menyatu, dan tidak dapat dipisahkan.
Ilmu, yang lahir dari pengetahuan yang terilmiahkan, kemudian direalisasikan dalam bentuk teknologi, lantas diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Strukturalisasi yang sangat panjang dan melelahkan, namun juga sebagai bentuk pembuktian atas kekuasaan Tuhan. Dimulai dari ilmu, al-Qur’an secara bijak menghimbau agar manusia berilmu, sebab ilmu disejajarkan dengan keimanan, yang tercermin dalam QS. al-Mujadalah ayat 11.
Istilah yang digunakan al-Qur’an untuk mengajak manusia berilmu itu beraneka ragam, seperti mengajak melihat, memperhatikan, dan mengamati fenomena alam (Fathir: 27, al-Haj: 5, Luqman: 20, al-Ghasiyah: 17-20, Yunus: 101, al-Anbiya’: 30). Perintah agar membaca terdapat dalam QS. al-Alaq: 1-5, agar mengetahui suatu kejadian, tertera dalam QS. al-An’am: 97 dan Yunus: 5, agar mendapat titik temu al-Nahl: 15, agar menjadi manusia yang peka untuk berfikir atau merenungi berbagai fenomena alam, al-Nahl: 11, Yunus: 101, al-Ra’d: 4, al-Baqarah: 164, al-Rum: 24, al-Jatsiyah: 5, 13, menjadi ulu al-Albab Ali-Imran: 7, 190-191, al-Zumar: 18, dan mengambil pelajaran Yunus: 3. (Jamal Fakhri, 2010: 124-125)
Sedangkan perihal teknologi, al-Qur’an tidak menyebut secara detail. Namun satu surat yang diprediksi oleh para ulama’ sebagai satu bukti inspirasi lahirnya teknologi, yakni QS. al-Alaq: 1-5. Dalam satu karyanya yang bertajuk wawasan al-Qur’an, Quraish Shihab menorehkan hasil renungannya. Bahwa kata iqra’ diambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir beragam makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra’ itu mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab, 1996: 433)
Iqra’ sebagai objeknya sementara manusia sebagai subjeknya, karena manusia mengemban tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi. Dan alam semesta telah ditundukkan bagi kepentingan manusia, seperti yang terlampir dalam QS al-Jatsiyah: 13. Kata sakhkhara yang memiliki arti menundukkan dalam ayat tersebut, atau kata yang memiliki makna serupa dengan itu banyak ditemukan di dalam al-Qur’an. Dalam arti, Allah SWT menundukkan seluruh ciptaan-Nya sesuai dengan peraturan (sunnatullahNya). Sehingga manusia dapat mengambil manfaat sepnjang manusia mau menggunakan akal dan pikirannya serta mengikuti langkah dan prosedur yang sesuai dengan sunnatullah tersebut. (Jamal Fakhri, 2010: 128).
Cara memahami sunnatullah dalam bentangan alam semesta ini, manusia dibekali oleh Allah SWT dua potensi penting, yakni potensi fitriyah (murni dalam diri manusia) dan potesi sumber daya alam (di luar diri manusia). Di samping itu, al-Qur’an juga membekali langkah-langkah agar mencapai sunnatullah, pertama, seperti yang tertera dalam QS. Yunus: 101, menggunakan kata undzhuru al-Qur’an menyeru kepada manusia untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi. Perintah serupa yang lebih jelas tertera dalam QS al-Ghasyiyah: 17-20.
Kedua, bahwa segala yang diciptakan memiliki ukuran, terdapat dalam QS al-Qamar: 149. Terakhir, proses analisis yang mendalam terhadap fenomena alam melalui proses penalaran yang kritis dan sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional, termaktub dalam QS al-Nahl: 11-12. Tiga langkah yang diurai oleh al-Qur’an di berbagai surat yang berbeda itulah, merupakan sistematika atau prosedur yang dilaksanakan di dalam sains yakni observasi (pengamatan), pengukuran, kemudian menarik kesimpulan. (Jamal Fakhri, 2010: 129).
Langkah-langkah yang ditetapkan oleh al-Qur’an tersebut telah dipraktikkan secara nyata oleh para manusia yang mau merenungkannya. Dibuktikan dengan lahirnya teknologi-teknologi canggih, tentunya sangat membantu manusia dalam memenuhi segala bentuk kebutuhannya. Seperti dalam episode ‘Generasi Solusi’ yang ditayangkan oleh Mata Najwa pada 19 Juni 2019. Di situ menayangkan beberapa aplikasi terbaru yang dirilis oleh putra-putri bangsa Indonesia.
Berangkat dari kegelisahan dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia, putra-putri bangsa dengan tekad yang kuat memperhatikan, merenungkan, hingga menciptakan solusi-solusi terbaik yang dapat membantu segenap warga Indonesia bahkan dunia dengan jalan yang begitu mudah dan praktis. Hal ini merupakan bentuk realisasi dari apa yang diungkapkan al-Qur’an, sekalipun teknologi dari hasil perenungan manusia membuat manusia lainnya menjadi berperilaku sangat konsumtif dan ketergantungan. Akan tetapi, lebih dari itu ini menjadi sebuah pemicu dan pemacu bagi generasi muda lainnya untuk lebih berkarya, memahami fenomena alam yang ada, dan menyaradari keagungan kuasa Allah SWT.
Demikian Konsepsi Iptek dalam Al-Qur’an, Semoga bermanfaat.
Penulis: Maulidiatus Sholikha, Mahasiswi STAI Sunan Pandanaran, Yogyakarta.