Kitab Ruba’iyat Rumi Dikaji Di Masjid Jenderal Sudirman

Rumi

Sleman, BANGKITMEDIA.COM. “Wahai engkau yang planet-planet senantiasa bersamamu dalam kegembiraan.”

Demikian  bait pertama dalam puisi Jalaludin Rumi yang dibacakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Jalaludin Rumi Kiai Kuswaidi Syafi’i dalam acara Ngaji Ruba’iyat Rumi di Masjid Jenderal Sudirman, Kamis (12/10) malam.

Kegembiraan ilahiah itu menjadikan seseorang memiliki pola pikir yang lebih luas dibandingkan apa pun, lanjut Kiai Kuswaidi. Alam semesta terasa begitu kecil dan dengan mudahnya didekap penuh kemesraan. Hakikatnya adalah Nabi Muhammad lebih luas dari apa pun baik dunia maupun akhiran.

“Seseorang yang mencintai Allah adalah lebih luas dibandingkan langit dan bumi karena hanya seorang pencinta ilahiah yang mampu menampung Allah dalam dirinya. Begitu nikmatnya hidup dengan mencintai Allah. Jiwa kan selalu tenang, gembira dan pasrah kepada yang Maha Kekasih,” jelas Kyai Kuswaidi.

Al-Quran menyebutkan gunung berdzikir bersama nabi Daud, kata Kiai Kuswaidi, saat itulah nabi Daud bisa mendekap semesta yang di lambangkan dengan gunung-gunung. Nabi daud sentiasa berdzikir untuk Allah, menghambakan dirinya untuk Allah.

“Manusia adalah personifikasi Ilahi yang paling sempurna, jasadnya kecil tetapi ruhnya bisa menampung  alam semesta yang luas ini dengan mencintai Allah. Selalu merasa gembira dengan apa yang Allah berikan, menikmati kecintaan diri kepada Allah. Tumbuhkan benih-benih cinta dalam hati kita untuk sebuah kegembiraan. Hidup mengabdikan diri kepada yang Maha Pencipta dengan penuh Cinta. Nabi Muhammad adalah sosok pejuang cinta sejati sehingga namanya terkenang sampai kapan pun. Dengan cinta kita tidak akan memiliki rasa pamrih. Baik dibutuhkan atau tidak akan terus mengabdikan dirinya dengan ikhlas,” jelas Kiai Kuswaidi panjang lebar

Ya Allah tolong singkaplah tirai-tirai itu yang walaupun seakan-seakan menutup pandanganku kepada-Mu walau sehelai rambut baik didunia dan akhirat. Sesungguhnya tiada tipu daya yang membuat manusia lupa dengan Tuhannya dan terbujuk oleh rayuan lainnya seperti kenikmatan sehat yang terlupakan.

“Kenikmatan adalah pisau bermata dua, membawa kepada fitnah jika kita tertipu tetapi dengan cinta tirai tipu daya itu akan tersingkap,” terang Kyai Kuswaidi ketika melanjutkan pembahasan dari kitab Ruba’iyat Rumi.

Manusia tidak akan menyaksikan Allah karena tertutup oleh tirai yang lebih luas yang seakan-akan ada dan  sesungguhnya mutawaham (sesuatu yang sebenarnya tidak ada).

“Semakin besar kenikmatan yang didapat akan semakin besar fitnah yang ditimbulkan,” paparnya lebih jelas

“Akal pikiran adalah asap dan cinta itu adalah api maka hiasi hidupmu dengan kobaran cinta sehingga asap prasangka dan pikiran akan lenyap, Nabi Yusuf menjadi huru-hara masyarakat Mesir pada saatnya karena ketampanannya tapi beruntung nabi Yusuf terjaga dan terselamatkan dari kenikmatan itu. Lebih waspada akan kenikmatan dan karunia yang diberikan agar tidak tertipu oleh tirai-tirai keduniaan. Serahkan hati kepada kekasih sehingga hanya kegembiraan yang kita rasakan. Tumbuhkan jiwa-jiwa sufisme, amalkan dalam kehidupan dan cintai Allah sepenuhnya,” tandas Kiai Kuswaidi (Atiatul Afidah/Rokhim)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *