Kisah Suka Duka Kaderisasi PW Fatayat NU DIY

Kisah Suka Duka Kaderisasi PW Fatayat NU DIY

Kisah Suka Duka Kaderisasi PW Fatayat NU DIY

Fatayat adalah salah satu Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama. Seperti NU, Fatayat tidak terkait dengan politik praktis, namun kader Fatayat bebas menggunakan hak politiknya.

Hal itu yang ditegaskan oleh Ketua PW Fatayat NU DIY Khotimatul Husna saat ditemui bangkitmedia.com dikediamannya belum lama ini.

Khotimatul Husna atau yang akrab disapa Bu Khotim adalah ketua Fatayat DIY yang dilantik tahun 2017. Khotim menjabat sebagai ketua ketika Fatayat DIY dalam keadaan kritis. Ibarat pepatah, hidup segan, mati tak mau. Saat itu, hanya ada tiga Pengurus Cabang (PC) yakni PC Sleman, Kota dan Bantul. Sementata Gunung Kidul dan Kulonprogo, SK mati. Tentu saja, kepengurusannya pun juga mati.

Keadaan memprihatinkan tersebut menjadi catatan tersendiri bagi Pengurus Pusat (PP) Fatayat. Sampai-sampai PP Fatayat enggan menginjakkan kaki ke Jogja hanya karena kadernya tidak ada.

“Saya kalau main ke Jogja itu males. Lha kenapa mbak? Ya gimana nggak males, kalau ngundang PC dan PAC, yang datang hanya lima orang. Susah banget PC di Jogja itu kalau disuruh mencari kader,” jelas Khotim menirukan salah satu perkataan PP Fatayat.

Perkataan tersebut kemudian menjadi cambuk bagi Khotim dan jajaran pengurus lainnya. Segera setelah dilantik, di bawah komando Khotim, PW Fatayat NU DIY melakukan reformasi besar-besaran.

“Setelah dilantik, yang kita benahi untuk pertama kalinya adalah lembaganya, struktur yang ada di DIY. Saya langsung main ke Gunungkidul dan ke Kulon Progo untuk minta dibuatkan laporan saat itu juga, padahal SK nya sudah mati entah berapa tahun dan memang sudah tidak ada kepengurusan di PC. Pokoknya saya bilang, ‘mbak tolong buatkan laporan sak jadi-jadinya, akan saya buatkan Konfercab nanti,’” jelas Khotim.

Saat itu, lanjut Khotim, saya paksa banget, Mbak. Harus jadi sampe tak uber-uber. Akhirnya dibuatlah laporan sesuai permintaan dan kemudian dibentuk pengurus seadanya. Setelah laporan selesai, saya langsung ajukan ke Konfercab.

“Akhirnya setelah saya oyak-oyak, kepengurusan tersebut hidup. Setelah saya dilantik, mereka juga diangkat. Sampai-sampai mereka itu hafal sekali sama saya, pokoknya kalo saya nggak dituruti ya bakal tak oyak-oyak, tak parani sampe sana,” kata Khotim seraya tertawa.

Setelah lima PC lengkap dan hidup, Khotim lantas memberikan tantangan agar PC dapat membentuk kepengurusan di tingkat kecamatan. Semua PC diwajibkan sowan ke MWC dan minta dibantu membuat kepengurusan di kecamatan masing-masing.

“Belum ada satu tahun, perkembangan dari tiap PC sangat cepat. Di Gunungkidul akhirnya terbentuk 17 PAC. Saya sampai nangis kalau ingat pas itu. Karena dari tidak ada, sampai terbentuk 17 PAC itu masyaAllaah sekali. Apalagi medannya kan pegunungan, jadi agak susah. Tapi memang hebat sekali, karna satu PAC itu ada lebih 50-an anggota, pokoknya saya senang sekali. Pas kita ke sana, sambutan dari mereka itu sangat baik, 17 PAC hadir semua,” jelas Khotim sambil berkaca-kaca.

Khotim juga menjelaskan bahwa PC Kulon Progo juga sukses membentik 12 PAC Kota juga terbentuk 14 PAC.

“Usaha mereka itu masyaallah, sampai-sampai mereka tiap malam katanya keliling ke MWC untuk minta bantuan dan semangat sekali,” kata Khotim.

Khotim yang sebelumnya menjadi pengurus PC Fatayat Kota Yogyakarta, mengakui bahwa terbentuknya 14 PAC di PC Kota merupakan sebuah pencapain yang luar biasa bagi teman-teman pengurus.

“Kemarin pas PP Fatayat datang ke Jogja, sampai kaget karna ga nyangka sudah terbentuk banyak sekali PAC dan anggotanya semakin banyak. Ketua PP Fatayat, Mbak Anggi sampai bilang ke saya ‘mbak ga nyangka saya sekarang DIY bisa seperti ini, padahal dulu kalo mau ngumpulin 10-20 orang itu susahnya minta ampun, sekarang bisa sampai seperti ini,’” kata Khotim menirukan ucapan Ketua PP Fatayat Anggia Ermarini.

Itulah sekelumit kisah kesuksesan PW Fatayat NU  DIY melakukan kaderisasi secara terstruktur, sistematis dan masif. Tentu saja, keberhasilan PW Fatayat NU DIY tersebut berkat tangan dingin sang Ketua Khotimatul Husna yang mencurahkan segalanya untuk kemajuan Fatayat DIY. (Muflihah/Rn)

Demikian Kisah Suka Duka Kaderisasi PW Fatayat NU DIY. Semoga Bermanfaat.

Penulis adalah Mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga yang sedang Magang Profesi di Majalah Bangkit dan Bangkitmedia.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *