Kisah Nabi Mengajari Santri Cerdas Sayyidina Ali

Kisah Nabi Mengajari Santri Cerdas Sayyidina Ali

Kisah Nabi Mengajari Santri Cerdas Sayyidina Ali

Bahwa kita bukan orang Makkah, kita orang Indonesia. Rasul di Mekkah,rasul lahir diArab maka kemudian pelajaran Islam pertama didedikasikan untuk mengajari orang Arab agar kembali kepada Allah dan rasul tidak pernah kemana-mana, rasul mengajarkan Islam hanya sampai dikota Madinah, setelah itu dalam waktu 22 tahun Rasulullah meninggal. Nah.. memahami rasul yang lahir di Mekkah adalah menjadi tonggak.

Lantas bagaimana bisa rasul yang ada di Mekkah bisa sampai ke Indonesia ajarannya dan semua 90 persen penduduk Indonesia mengikuti Rasulullah muhammad SAW, ini pasti bukan sesuatu yang mudah. Dalam bahasa Al-Qur’an siratol mustaqim, ada yang namanya siratol ladzina an amta alaihim dan inilah yang kemudian dengan kita memperingati Maulid ada sesuatu yang menjadi refleksi dasar antara Mekkah dengan Madinah, punya sejarah yang sangat panjang dan itu bukan datang secara tiba-tiba.

Rasulullah di sana mengajarkan orang-orang sana dengan gaya di sana. Rasulullah sangat terkenal ketika mengajarkan Islam, rasul bukanlah orang yang keras, rasul bukan juga orang membabi buta, rasul dijelaskan anittum harisun alaikum bil mukinina raufurrahim. Rasul begitu berharap bagaimana umat ini kembali kepada Allah maka rasul punya sistem pembelajaran kepada umatnya dengan cara yang berbeda-beda, dengan cara yang sederhana.

Dengan kelas anak pintar seperti Sayyidina Ali diajarkan standar orang pintar.

Yaa Ali kamu sholat,

“siap ya Rasul.”

“..yang khusu’ ya, kalau kamu khusu’ nanti kamu ku kasih surbanku yang hijau atau yang merah terserah kamu pilih yang mana.”

Sayidina Ali sholat setelah sholat langsung menyatakan: “yang hijau ya Rasulullah..,”

“Kamu tidak khusuk karena kamu menginginkan yang hijau, diulangi lagi.” jawab Rasul.

Begitu diulangi seterusnya sampai Sayyidina Ali ketika shalat di tanah kakinya tidak terasa.

Setelah itu Rasulullah mengimami shalat orang-orang yang sekelas Sayyidina Ali. Tapi bagi kelas yang kedua menjadi masalah, kelas pertama ketika Rasulullah shalat di belakangnya langsung sama-sama mengikuti Rasulullah dohiron wabatinan dengan batin dan dengan hati tetapi yang belakang bermasalah karena mereka punya kebiasaan yang ratusan tahun bahkan ribuan tahun menyembah berhala ada wujudnya dan ada namanya serta bentuknya beda-beda.

Maka Rasulullah ditanya bagaimana ya rasul yang belakang tidak bisa, maka rasul meminta kepada Allah bagaimana yaa Allah yang di depan bisa yang belakang tidak bisa, ya sudah lalu diajari sama Allah ukbudullaha kaannaka tarohu waillamtakum taroho fainnahu yaroka, beribadahlah engkau kepada Allah seolah olah engkau lihat Allah tapi kalau kau tak lihat Allah yakin Allah lihat engkau.

Maka kemudian para sahabat yang dibelakang yang tidak sekelas Sayyidina Ali, ketika shalat matanya tidak boleh terpejam karena harus mencari Allah kaannaka taroho seperti engkau melihat Allah, maka dilihat kemana, akhirnya tidak terlalu susah yang di belakang. Maka ketika engkau melihat kemana pun, ternyata engkau tidak melihat Allah, maka kamu cukup yakin bahwa engkau dilihat oleh Allah saja.

Demikian ulasan khusus terkait Kisah Nabi Mengajari Santri Cerdas Sayyidina Ali. Semoga bermanfaat.

*Disarikan dari ngaji Gus Muwafiq dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Bogor, pada Rabu 21 November 2018.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *