Kalau ditanya, siapa tokoh Indonesia yang prestasinya paling cemerlang, nama yang pertama kali muncul di pikiran saya adalah Mantan Presiden BJ Habibie. Iya, lah! Siapa, sih, yang enggak kagum dengan kejeniusan beliau? Prestasi Pak Habibie pun telah diakui negara-negara Barat sana.
Tetapi menurut saya, selain Pak Habibie, ada sosok mantan presiden lain yang enggak kalah cemerlangnya. Beliau adalah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Wah, mungkin kamu ada yang bingung, memang apa, sih, spesial-nya Gus Dur, selain ucapan-ucapannya yang kerap jadi kontroversi?
Awalnya saya juga berpendapat begitu tentang presiden keempat Indonesia ini. Tetapi ketika saya kuliah, saya banyak membaca mengenai Gus Dur, dan saya jadi tahu kalau Gus Dur adalah sosok yang patut dicontoh oleh kita semua.
Berikut adalah hal-hal yang bisa kita contoh dari beliau!
Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
Selepas SD, Gus Dur melanjutkan sekolahnya di SMEP (setara SMP) di Yogyakarta. Beliau lalu meneruskan pendidikannya di sebuah pesantren di Magelang, Jawa Tengah, kemudian berkuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir, trus kuliah lagi di Universitas Baghdad.
Selepas dari Baghdad, Gus Dur ingin kuliah di Eropa. Sayangnya, Gus Dur nggak sanggup memenuhi persyaratan penguasaan bahasa Jerman, Yunani, dan Latin, untuk mengikuti kuliah Classical Studies di University of Cologne, Jerman. Meski begitu, bukan Gus Dur namanya kalau beliau enggak kreatif!
Gus Dur memutuskan untuk menjadi pelajar keliling. Keliling? Iya, keliling. Jadi, selama setahun, Gus Dur berpindah-pindah membaca buku-buku dari satu perpustakaan universitas ke universitas lainnya. Untuk memenuhi biaya hidup, Gus Dur juga banyak akal. Di waktu tertentu, beliau pergi ke pelabuhan untuk membersihkan kapal-kapal tanker demi mendapatkan upah. Wow, keras juga, ya, hidup (dan tekad belajar) Gus Dur!
Punya minat baca yang tinggi
Dikutip dari Kepustakaan Presiden Perpustakaan Nasional, Gus Dur sangat hobi membaca sejak beliau masih anak-anak. Kebetulan ayah Gus Dur, KH. Abdul Wachid Hasyim—yang sempat menjadi Menteri Agama RI—memiiki perpustakaan pribadi yang sering dimanfaatkan oleh Gus Dur untuk membaca berbagai macam buku. Gus Dur juga suka mengunjungi perpustakaan-perpustakaan di Jakarta.
Ketika SMP, Gus Dur sudah membaca banyak buku klasik, seperti karya Ernest Hemingway, dalam bahasa Inggris. Nggak hanya itu, sejak SMP pun beliau sudah hobi melahap buku-buku filsafat. Hebaaat! Pas SMP, bacaan saya apa, ya? Paling mentok novel teenlit, hehehe.
Karena minat baca Gus Dur yang tinggi ini sangat terkenal, Komodo Dragon Foundation dan Wahid Institute pun membuat patung beliau di Taman Amir Hamzah, Jakarta. Patung tersebut menggambarkan Gus Dur kecil yang sedang membaca buku. Meski demikian, yang tinggi bukan hanya minat baca Gus Dur, lho, tetapi juga minat (serta bakat) beliau dalam menulis. Semasa kecil, Gus Dur pernah memenangkan kompetisi mengarang se-kota Jakarta.
Giat belajar berbagai ilmu
Mungkin fakta tentang Gus Dur yang paling kamu ingat adalah beliau datang dari kalangan ulama. Maka mungkin kamu menyangka, ilmu beliau cuma seputar urusan agama dan pemerintahan. That’s it. Padahal kenyataannya, Gus Dur banyak belajar lintas bidang ilmu, lho. Selain membaca, Gus Dur juga hobi bermain bola, catur, dan mendengarkan musik klasik. Gus Dur juga suka nonton film. Itu sebabnya pada tahun 1986 dan 1987, beliau pernah ditunjuk sebagai juri Festival Film Indonesia. Wow!
Pemikirannya yang terbuka dan tidak membatasi pergaulan
Kita semua tahu kalau Gus Dur dibesarkan dalam lingkungan ormas NU. Maka siapa sangka bahwa ketika Gus Dur sekolah dan nyantri di Yogyakarta, beliau sering ikut forum diskusi dengan anggota Muhammadiyah? Ternyata perbedaan latar belakang keluarga nggak menyempitkan lingkup pergaulan Gus Dur. Beliau malah membuka lebar lingkaran pertemanannya.
Menurut saya, Gus Dur adalah sosok hebat. Beliau pantas banget menjadi panutan kita semua dalam hal berjuang menuntut ilmu. Beliau mencontohkan bahwa ilmu bisa datang dari mana saja, dari siapa saja. Penglihatannya boleh saja terbatas, tetapi semangat menuntut ilmunya tanpa batas!
Oleh: Nisa Istiqomah
Sumber: Youthmanual