Kisah Ibu Nyai Khodijah Pacitan Menemukan Malam Lailatul Qadar

Kisah Ibu Nyai Khodijah Pacitan Menemukan Malam Lailatul Qadar

Kisah Ibu Nyai Khodijah Pacitan Menemukan Malam Lailatul Qadar

Dulu, saat penutupan ngaji Posonan, tanggal 20 Ramadlan, guru kami KH. M. Solichun, memberi nasihat, agar meningkatkan ibadah di sepuluh hari terakhir berharap bisa bertemu dengan lailatul qadar. Beliau berpesan, malam lailatul qadar adalah malam yang mustajab untuk berdoa memohon kepada Allah. Beliau menceritakan kisah Bu Nyai Khodijah, istri KH. Dimyathi.

Alkisah KH. Dimyathi, pengasuh pondok pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur adalah seorang alim yang wira‘i. Beliau sangat berhati-hati dalam mencari penghasilan dan ma’isyah. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, hanya mengandalkan kebun pisang di belakang rumah. Sehingga tidak jarang sekeluarga menahan lapar karena tidak ada makanan yang bisa dimakan.

Suatu malam di bulan Ramadlan, Bu Nyai Khodijah bangun malam untuk shalat Tahajud, selesai shalat, beliau mengambil beras untuk persiapan makan sahur sekeluarga. Pada saat beliau mencuci beras, tiba-tiba beras tersebut berubah menjadi emas. Saat itu beliau tahu bahwa malam itu adalah malam lailatul qadar. Beliau berhenti sejenak dan bermunajat kepada Allah, bukan emas yang beliau inginkan, tapi beliau memohon keturunan yang alim dan soleh.

Walhasil doa beliau dikabulkan. Tujuh orang putra-putra beliau menjadi alim dan meneruskan perjuangan mengasuh para santri dan mengembangkan pondok pesantren Termas.

وكلهم من شيوخهم ملتمس غرفا من البحر او رشفا من الديم
رب فنفعنا ببركتهم واهدنا الحسنى بحرمتهم
وامتنا فى طريقتهم ومعافة من الفتن
لنا ولهم الفاتحة …

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadlan 1441 H.

Bonus: Rumus Lailatul Qadar Syekh Abu Hasan Ali Asy Syadzily

Demikian Kisah Ibu Nyai Khodijah Pacitan Menemukan Malam Lailatul Qadar. Semoga bermanfaat.

Penulis: Kyai Muhyidin, Wakil Sekretaris PWNU DIY.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *