Kadang kita nyinyir sampai bibir dan lidah tertekuk-tekuk, sampai kesulitan memilih kata yg paling sarkastis. Kita kadang menyinyiri orang yang terpilih jadi anggota dewan atau pejabat yg kita anggap tidak kredibel atau tidak kompeten. Padahal untuk mendapatkan jabatan itu orang harus berjuang dengan segala daya upaya dan kemampuan yang ada.
Kita nyinyir seolah kita lebih layak mendapatkannya.
Padahal kita belum tentu dapat meraih capaian itu, bisa saja karena kita malas meraihnya atau kita memang tidak/belum mampu mendapatkannya.
Lepas dari itu, secara sunnatullah, orang akan mendapatkan sesuatu karena ia melakukan sesuatu. Hasil biasanya diperoleh karena ada proses, meskipun proses tidak selalu berbuah hasil. Lebih dalam lagi secara haqiqoh, Allah telah sediakan derajat dan maqom kepada siapapun yang dia kehendaki. Siapapun yang Allah kehendaki, maka tidak ada yang mampu menghalangi. Sebaliknya siapapun yang Allah tidak kehendaki, maka sampai jungkir balikpun ia tidak akan mendapatkan maqom itu. Qodar Allah adalah absolut.
Berhentilah nyinyir, karena itu berarti kita sedang mengingkari qodar Allah. Mengkritik dan memberi masukan dengan santun adalah cara yang terbaik mengapresiasi capaian seseorang. Toh belum tentu kita dapat menjalaninya dengan kualitas yang lebih baik.
Wahai para wakil rakyat, bekerjalah dengan baik.
Genggamlah amanat rakyat dengan penuh integritas. Semoga Allah menolong panjenengan semua dan menolong bangsa Indonesia menuju masa depan yg lebih baik.
Kami tunggu hasil kerja yang lebih menentramkan dan mensejahterakan.
Penulis: KH Achmad Labib Asrori, Magelang.