Kiai Jamal Tambakberas Kisahkan Kondisi Kakeknya Jelang Wafat

kiai jamal

Ya Robbi nakhtim bil musyaffa. Ya Allah dengan barokah Maulid & Salawat, cabutlah nyawa kami dalam kondisi disyafaati kanjeng Nabi.

’’Mati membawa iman itu sulit. Sulit sekali,’’ kata KH. Djamaludin Ahmad, pengasuh PP Almuhibbin Bahrul Ulum Tambakberas kala ngaji Al-Hikam, Senin malam (26/11/2018).

Nah, manfaat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW adalah, bisa mati membawa iman.

Kiai Jamal lalu cerita. Beliau pernah diceritani kakeknya yang bernama Kiai Ghofur. Kiai Ghofur ini pernah mengalami nazak (keadaan hampir meninggal dunia).

Dalam nazaknya itu, Kiai Ghofur didatangi gurunya, yakni Kiai Mustajab. Kiai Mustajab ini pernah belajar langsung kepada Nabi Khidir.

Nah, dalam nazak itu, Kiai Mustajab mengatakan kepada Kiai Ghofur. ’’Ghofur, aku dulu mengajarimu la ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah). Itu salah. Yang benar la ilaha (tiada tuhan). Ayo ikuti aku ngucap “la ilaha.’’

Kiai Jamal mengingatkan, yang datang menyerupai Kiai Mustajab itu adalah setan. Nazak adalah kesempatan terakhir setan menggoda manusia agar lepas imannya. Makanya setan melakukan segala cara. Termasuk nyamar sebagai kiai yang sangat kita hormati.

Bagi Kiai Ghofur, gurunya yang bernama Kiai Mustajab itu sangatlah berjasa. Kiai Ghofur sangat menghormati dan menaatinya. Makanya ketika dalam nazak setan datang menyamar sebagai Kiai Mustajab, lalu mengajak mengucapkan, la ilaha, hampir saja Kiai Ghofur ikut.

Untunglah Kiai Ghofur sudah ikut toriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah. Toriqoh Naqsabandiyah mengajarkan pengikutnya untuk menjaga agar dalam keluar masuknya nafas, hati selalu nyebut Allah, Allah, Allah. Untuk melatih ini, setiap usai salat, pengikut Naqsabandiyah diwajibkan zikir siri dalam hati, Allah, Allah, Allah, seribu kali. Dengan kaifiyah dan haiah tertentu.

’’Begitu Kiai Ghofur diajak ngucap, la ilaha, hatinya langsung berontak ‘muni Allah’,’’ kata Kiai Jamal. Setan yang menyamar sebagai Kiai Mustajab tadi langsung hilang.

Hati Kiai Ghofur bisa langsung mengucap Allah karena sudah terbiasa. Sehingga tanpa disadari, tanpa direncanakan dan tanpa digerakkan pun sudah bisa langsung muni (mengucap) Allah.

Ganti yang muncul setan menyamar sebagai ibu Kiai Ghofur. Juga mengajak muni (mengucap), la ilaha. Namun hati Kiai Ghofur langsung berontak muni Allah. Dan setan yang menyamar sebagai ibunya langsung hilang. Lalu datang lagi sosok yang nyamar sebagai ayah Kiai Ghofur. Dia memaksa Kiai Ghofur agar mengucap la ilaha. Namun hatinya berontak dan langsung mengucap Allah. Seketika sosok itu hilang.

’’Dalam kondisi seperti itu, mempertahankan iman itu sulit. Sulit sekali,’’ kata Kiai Jamal.

Makanya orang yang mau mati disuruh nalqin. Dibimbing mengucapkan Allah, Allah. Atau, la ilaha illallah.

’’Tapi jangan terus menerus,’’ pesannya. Sebab orang nazak itu capek. Kalau sudah bisa mengikuti la ilaha illallah, ya sudah. Jeda. Berhenti sebentar. Lalu dibimbing lagi. Kalau dia minta minum, ya diberi minum. Lalu dibimbing lagi. Jeda. Bimbing lagi. Yang penting tujuan akhir kalimah-nya la ilaha illallah bisa tercapai.

Kiai Jamal cerita, di suatu daerah ada orang nazak dibimbing ngucap la ilaha illallah terus menerus. Yang membimbing tidak ngerti kalau yang nazak itu kesel.

Setelah mengikuti ngucap la ilaha illallah, la ilaha illallah. Akhire yang nazak ngucap “kesel”. Setelah ngucap “kesel”, orang tersebut meninggal. ’’Jadi akhir kalimatnya bukan la ilaha illallah. Tapi kesel…’’ tutur Kiai Jamal disambut tawa jamaah. (Rojif)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *