Kiai Ali Maksum Miliki Kemampuan Luar Biasa dalam Bahasa Arab Modern

Kiai Ali Maksum Bersama Kiai As'ad Syamsul Arifin (tengah) dan Kiai Mahrus Ali Lirboyo (Memegang Rokok)

Prof Machasin, Rais Syuriyah PWNU DIY tahun 2004-2006, memberikan kesaksiannya akan sosok KH. Ali Maksum. Meskipun tidak mengetahui banyak, terutama tentang kiprah KH. Ali Maksum saat menjadi Rais PWNU DIY tahun 1975-1984, namun Prof Machasin memiliki pengalaman tersendiri tentang sosok kiai kharismatik tersebut.

“Saya waktu itu mengenal Kiai Ali hanya sebatas sebagai mahasiswa yang belajar, namun Kiai Ali memanglah orang yang sangat luar biasa,” ungkap Prof Machasin

“Kalau kiprahnya dalam NU saya kurang mengetahui, karena saat itu saya masih menjadi mahasiswanya, dan belum menjadi pengurus PWNU. Saat saya menjadi pengurus PWNU, Kiai Ali sudah wafat. Namun saya memiliki cerita menarik tentang Kiai Ali” lanjutnya

Prof. Machasin pun kemudian menceritakannya. Saat itu, dirinya menjadi mahasiswa KH. Ali Maksum pada mata kuliah Qiro’atul Kutub di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab IAIN (Sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Seperti pada biasanya, ketika giliran KH. Ali Maksum yang akan memberi kuliah, maka mahasiswanya yang akan datang di ndalem KH Ali Maksum, di Pondok Pesantren Krapyak. Jadi, perkuliahan tidak berlangsung di dalam kelas kampus selayaknya kuliah pada umumnya.

Suatu ketika, saat perkuliahan berlangsung, KH. Ali Maksum menyodorkan sebuah kitab kepada Machasin muda dan kawan-kawannya. Namun tak seperti biasanya, yang disodorkan saat itu bukanlah Kitab Kuning, melainkan Kitab ‘Putih’ berbahasa Arab modern, bukan berbahasa Arab fusha layaknya yang terdapat pada kitab kuning. Kitab itu berisi sebuah pidato Abdullah A’lam di Masjid Delhi, berjudul واجب الشباب المسلم اليوم (Wajib al-Syabab al-Muslim al-Yaum) karya Abu l-A’la Maududi. Ia dan kawan-kawannya yang memang berasal dari pesantren pun sempat merasa kebingungan dan tidak paham dengan teks tersebut.

Machasin lalu diperintahkan untuk membacanya. Ia melakukan sebisanya. Saat menemui kata-kata ‘azmah, ia membacanya dengan ‘azimah. Lalu KH Ali Maksum pun melontarkan sebuah pertanyaan, “Apa itu ‘azmah? Kalian pernah mendengar kata krisis? Ya itu artinya,” ujarnya menirukan KH Ali Maksum.

“Dari situlah saya mengetahui bahwa Kiai Ali Maksum adalah sosok yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang bahasa Arab modern, sebuah kemampuan yang jarang dimiliki oleh orang-orang pesantren,” tandas Prof. Machasin (Dwi Khoirotun Nisa’)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *