KH. Anwar Zahid: Masuk Surga Bukan Dilihat dari Banyaknya Amal Ibadah

KH. Anwar Zahid Masuk Surga Bukan Dilihat dari Banyaknya Amal Ibadah

KH. Anwar Zahid: Masuk Surga Bukan Dilihat dari Banyaknya Amal Ibadah

Dalam rangka memperingati hari lahirnya Kring Candirejo ke-5, Dusun Nglanjaran mengadakan Pengajian Akbar dengan mengundang KH. Anwar Zahid sebagai pembicara. Acara tersebut dimeriahkan oleh Group Hadroh Pondok Pesanten Sunan Pandanaran. Dengan penuh hidmat, ribuan jamaah mengikuti pengajian hingga acara selesai di lapangan dusun Nglanjaran, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, pada Senin Malam (11/11/19).

Pada kesempatan tersebut, KH. Anwar Zahid menjelaskan ciri bentuk kematian yang khusnul hotimah diartikan sebagai bentuk sempurnanya kenikmatan, yang ditakdirkan Allah bisa bertemu Nabi Muhammad sewaktu ajal menjemputnya.

Al-Mautu tukhfadzul mukmin, orang mukmin yang meninggal, pada dasarnya telah mendatangi jajan. Addunyaa darul ‘amal wal akhiroh darul jaza, dunia ini tempatnya beramal dan akhirat adalah ladangnya pahala. Sejatinya orang yang meninggal adalah menghampiri bayaran. Al mautu tammamun ni’mah, mati adalah bentuk sempurnanya kenikmatan yakni nikmat yang paling sempurna karena bertemu Nabi Muhammad Saw., kalau matinya khusnul khotimah,” ujar KH. Anwar Zahid.

Kemudian KH. Anwar Zahid menjelaskan bahwa, apapun yang dicintai seseorang tidak ada yang kekal di dunia, seperti halnya manusia yang asalnya dari nol dan akan kembali ke nol.

Wa akhbib man syitta fainnaka mufarriquh, ‘cintailah siapapun sesukamu, tapi dirimu harus tahu dan harus sadar kalau dirimu akan berpisah dengan yang kamu cintai’. Manusia aslinya itu nol, kemudian menjadi satu, kemudian menjadi dua, kemudian menjadi tiga, kemudian dua lagi, kemudian satu lagi, kemudian kembali ke nol lagi. Digambarkan seperti halnya terdapat suami, ada istri, dan ada anak, kemudian anak kalau sudah dewasa akan bersama pasangannya tinggal dua, kemudian istri maupun suami meninggal tinggal satu, kemudian lama kelamaan akan menyusul yang akhirnya akan kembali ke nol lagi,” kata KH. Anwar Zahid.

Selanjutnya, KH. Anwar Zahid menyampaikan, pentingnya membangun rumah dengan jarak yang jauh yang bertujuan untuk mempererat silaturohmi dan janji Allah akan menyatukan keluarganya di akhirat jika mau beriman dan memiliki budi pekerti yang baik.

“Orang jawa mempunyai semboyan, mangan gak mangan sing penting kumpul, karena saking pengennya ingin selalu berkumpul dengan keluarga. Saya berpesan, kalau membangun rumah anak-anaknya kalian, jangan terlalu saling berdempet-dempet, lebih baik yang agak jauh jaraknya,” pesan KH. Anwar Zahid.

Zaawiru wala wala tujaawiru, lanjut Kyai Anwar Zahid, maksudnya adalah saudara yang baik yakni, yang saling menyambangi satu sama lain. Kalau dalam sebuah saudara saling berdempetan akan banyak berdampak negatif yang besar, Seorang saudara seperti halnya pepatah mengatakan, kalau jauh akan berbau harum, kalau dekat akan bau seperti halnya bau kotoran.

“Saudara juga diumpamakan seperti halnya bola, kalau jauh semakin dikejar, kalau dekat semakin ditendang. Yakinlah rencanaya Allah akan sama seperti halnya rencana kalian jika kalian memiliki iman dan budi pekerti yang baik, dalam Al-Qur’an dijelaskan ‘Seorang mukmin yang kemudian mempunyai keturunan yang bagus budi pekerti putra putrinya, walaupun kuburannya saling berpisah, bakal saya (Allah) kumpulkan keluarganya,” ujar KH. Anwar Zahid.

Kemudian, KH. Anwar Zahid menjelaskan, diri manusia asalnya bukan lahiriyahnya, namun ruhnya. Ruh yang baik hanya akan tersambung dengan yang baik, dan ruh yang tidak baik tidak akan tersambung dengan yang baik.

“Manusia itu aslinya hanya ruh, badannya hanya wadah, kalau wadahmu lumayan bagus dikit, nggak usah sombong, sejatinya ruh itu, tidak jauh dan tidak dekat. Jauh kalau cocok akan menjadi dekat, walaupun dekat tapi kalau tidak cocok akan menjadi jauh. Kalau ruhnya baik akan bisa menyambung dimanapun dengan yang baik pula. Kalau ruhnya jelek, maka tidak akan bisa menyambung dengan yang baik,” ujar KH. Anwar Zahid.

Ilmu otak atik, lanjut KH. Anwar Zahid, petuk iku petal, petal iku petuk. Yen pengin petuk kudu gelem petal, yen ora gelem petal ora bakal iso petuk, maksudnya jika kamu menginginkan uang kalian bertemu di akhirat, sekarang harus bisa lepas dari uangmu.

“Uangmu sekarang lepaskan untuk ibadah jariyah ke Masjid, membantu pesantren, menyantuni anak yatim. Uangmu ini, kelak bisa bertemu di akhirat, jika uangmu terus digenggam, maka tidak akan bisa bertemu di akhirat,” kata KH. Anwar Zahid.

Kemudian, KH. Anwar Zahid menjelaskan bahwa, siklus kehidupan manusia pada dasarnya saling tunggu menunggu, yang mana dari alam kandungan menuju dunia, sang bayi ditunggu, dari dunia menuju alam kubur juga ditunggu oleh saudaranya. Penantian finishnya di alam barzakh, yang ketika terdapat ruh yang jelek (banyak terdapat dosa), maka harus disandra dahulu menunggu persidangan di akhirat, kecuali ada yang ikhlas membebaskan, seperti halnya seorang anak yang berbudi luhur kepada orang tuanya untuk memintakan kekhalalan kepada tetangga maupun sanak saudaranya.

“Allah menciptakan siklus kehidupan manusia itu saling menunggu. Kamu pernah berada di alam kandungan dan sudah nyaman di sana, tapi keluarga kamu yang di dunia menanti, karena senyaman nyamannya kehidupan di alam kandungan, masih enak hidup di dunia. Ketika kamu  hidup di dunia, saudaramu di alam kubur banyak yang menantimu di alam kubur, karena seenak enaknya di dunia masih nikmat di akhirat jika dirimu baik. Jika jelek, ketika rukh keluar kemudian masuk di alam barzakh, keluarga sudah menanti namun disandra dulu kemudian di penjara sebelum persidangan, sedangkan persidangan adanya di alam akhirat menunggu kiamat selama tidak ada yang membebaskan. Yang bisa membebaskan salah satunya adalah anak yang sholeh dan sholehah,” kata KH. Anwar Zahid.

Selanjutnya, KH. Anwar Zahid menjelaskan, pentingnya kita memilih pemimpin, yang mana seharusnya kita melihat dari sisi ‘siapa yang memimpin’, bukan ‘apa yang sudah diberikan oleh pemimpin.

“Nabi Ya’kub as, ketika hendak akan wafat, anak-anaknya dikumpulan sambil menangis, karena ingat anak-anaknya. ‘kalau bapak sudah meninggal, apa yang akan kamu sembah nak?’. Kemudian anaknya menjawab, ‘bapak, saya dan saudara saya ya tetap menyembah Allah, seperti halnya bapak, nabi ibrohim, nabi ishak, tidak ada tuhan yang haq disembah kecuali Allah, dan kemudian Nabi Ya’kub berkata, kalo demikian bapak sudah bisa tenang,’ kemudian akhirnya wafat,” ujar KH. Anwar Zahid.

Terdapat pelajaran yang berharga, lanjut KH. Anwar Zahid, dalam perkataan Nabi Ya’kub, ‘apa yang kamu sembah’, tidak ‘siapa yang kamu sembah’. Di dunia ini terdapat dua kata apa dan siapa yang sama-sama penting, namun yang lebih penting adalah ‘siapa,’ sebab Allah menciptakan apa-apa itu menciptakan untuk siapa-siapa.

“Ketika Umat memilih pemimpin yang menjadi ukuran apa, lanjut KH. Anwar Zahid, tidak menggunakan ukuran siapa itu bahaya. Masyarakat memilih pemimpin yang menjadi pertimbangan apa, tidak memilih pertimbangan siapa itu bahaya, karena akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak mau mengurusi siapa-siapa, yang tidak mau membela siapa-siapa, yang tidak mau mementingkan siapa-siapa, yang senangnya mencari apa-apa. Ketika sudah demikian, yang menjadi ukuran mahalnya seorang pemimpin adalah yang mempunyai apa-apa,” ujar KH. Anwar Zahid.

Selanjutnya, KH. Anwar Zahid, menjelaskan bahwa, orang yang masuk surga bukan dilihat dari banyaknya amal ibadah, tapi berasal dari kasih sayangnya Allah, sedangkan bentuk kasih sayangnya Allah diberikan kepada orang-orang yang taat kepada perintahnya Nabi.

“Nabi bersabda, Fattabi’uni yuhbib kumullah wayaghfirlakum dzunubakum, yang maksudnya adalah semakin taat kepada perintahnya Nabi, maka semakin dicintai oleh Allah, bukan hanya itu, tapi diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah. Seseorang yang taatnya dengan sungguh-sungguh, maka semakin ringan melakukan ibadah. Seseorang bisa masuk surga bukan karena amal ibadahnya, melainkan bentuk kasih sayangnya Allah, sedangkan kasih sayangnya Allah diberikan kepada orang yang taat,” tandas KH. Anwar Zahid. (Siti Kholisatul Wahidah).

__________________

Semoga artikel KH. Anwar Zahid: Masuk Surga Bukan Dilihat dari Banyaknya Amal Ibadah ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua.. amiin..

simak artikel terkait KH. Anwar Zahid: Masuk Surga Bukan Dilihat dari Banyaknya Amal Ibadah di sini

kunjungi juga channel youtube kami di sini

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *