Jakarta, Bangkit Media– Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj berpesan agar kader IPPNU menjadi kader yang selalu konsisten dalam bersikap moderat (tawasuth). Berada di tengah-tengah, tidak mainstream kanan maupun mainstream kiri. Hal ini beliau sampaikan saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakerrnas) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Jumat (23/12) di Gedung Serbaguna Pondok Pesantren ats-Tsaqafah Ciganjur Jakarta Selatan.
“Tawasut adalah sikap yang memerlukan kecerdasan dan keberanian. Seperti telah dicontohkan Imam Asy-Syafii dalam bidang Fiqh, Abu Musa al-Asy’ari dalam bidang Tauhid, Imam al-Ghazali dalam bidang akhlak dan Hadratusy Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam bidang kenegaraan,” terangnya.
Ia menjelaskan, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i atau Imam Asy-Syafi’i berjasa meletakkan pemikiran tawasut dalam fiqh. Imam Asy-Syafi’i meletakkan dasar penetapan hukum itu dua, yakni adillah naqliyah dan adillah aqliyyah.
“Adillah naqliyah, yakni dalil-dalil syariat yang ada dalam al-Qur’an dan hadis. Kedua, hujjah aqliyah. Dalil-dalil secara akal yang diambil dengan proses ijma (akal kolektif) dan qiyas (akal personal). Jadi, imam asy-Syafi tidak hanya mempertimbangkan dalil nash saja, tapi juga dalil hasil pemikiran,” jelas pengasuh Pesantren ats-Tsaqafah tersebut
Tokoh berikutnya adalah Abdullah bin Qais bin Sulaim al-Asy’ari atau dikenal Abu Musa al-Asy’ari. Ia meletakkan pemikiran tawasut dalam bidang tauhid. Produknya adalah ilmu kalam, salah satunya sifat 20.
“Beberapa sifat 20 disebutkan dalam al-Qur’an. Tapi al-Asy’ari tidak menjadikan sifat-sifat itu sebagai sifat yang pertama. Justru, sifat 20 yang pertama adalah wujud, yang tidak ada dalam al-Qur’an,” paparnya.
Alasannya, untuk apa sifat-sifat sama’ (Maha Mendengar), bashar (Maha Melihat), dan yanng lainnya kalau tidak ada wujud. Ulama yang bisa tawasut lainnya adalah Abu Hamid Muhammad al-Ghazali. Imam al-Ghazali adalah orang cerdas dalam akhlak Kita berakhlak dengan tengah. Syariat dijalankan dengan baik, hakikat diterapkan dalam hati secara khusyu’. Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari juga cerdas dalam menyandingkan Islam dan nasionalisme.
“Memelihara Indonesia juga memerlukan kecerdasan, dalam menjaga NU juga memerlukan kecerdasan. Agar Indonesia menjadi negara moderat dan toleran,” tegas guru besar bidang tasawuf tersebut. (Suhendra)