Cuitan Dubes Arab Saudi Osama bin Mohammed Abdullah al-Shuaibi pada Minggu, 2 Desember 2018, memang keterlaluan dan sangat menyinggung warga NU. Untuk itu, Dubes Arab Saudi sesekali harus dihajar sebagai peringatan.
Demikian ditegaskan Ketua Lakpesdam PBNU, Dr Rumadi Ahmad dalam status facebooknya, Senin (03/12).
“Dubes Saudi ini memang sesekali perlu dihajar. Tampak sekali di bermain politik mencampuri urusan dalam.negeri Indonesia. Kalau masih ngeyel perlu digeruduk,” tegas Rumadi yang juga Dosen UIN Syarif Hidayatullah.
“Setelah mendapat protes, Kedubes Saudi menghapus twitnya yang menganggap NU, terutama GP Ansor, sebagai organisasi sesat. Belakangan dia mengubar twit-nya dengan menghilangkan kata “munharifah” tanpa perlu meminta maaf. Pulangkan Dubes Osamah,” pungkas Rumadi.
Sementara itu, seorang budayawan asal Yogyakarta Hairus Salim HS menegaskan bahwa gampang sebenarnya memahami politik Dubes Saudi ini. Dubes ini ingin kita di Indonesia lupa bagaimana pemerintah Saudi menghukum gantung pekerja Indonesia tanpa terlebih dulu memberitahu pemerintah Indonesia.
“Dia juga ingin publik indonesia lupa kalau pemerintah mereka baru saja menggorok dengan sadis warganya sendiri, seorang wartawan yang kerap mengritik kebijakan Saudi. Penggorokan itu dilakukan dengan kejam persis seperti kisah-kisah penghukuman pada abad pertengahan. Lalu dia cawe-cawelah soal bendera tauhid, seolah negara pelaksana ajaran Islam paling konsekwen,” tegas Hairus Salim.
Sedangkan Ketua Umum PP GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas menegaskan bahwa Dubes Saudi ternyata menyimpan kebencian terhadap organisasi yang memperjuangkan tegaknya negeri ini.
“Oke. Ini baru reaksi yang paling soft. Jangan tunggu kami merespon lebih keras lagi! Kau bilang saunesia atau entah apa namanya itu. Tapi lihat lakumu! Bahkan kepada organisasi yang ikut memperjuangkan tegaknya negeri ini, kau simpan kebencian!,” tegas Gus Yaqut setelah keluarnya pernyataan PBNU terhadap Dubes Saudi. (rohim)