Ketika Uang Menjadi Segala-galanya, Apa Akibatnya?

Amalan Doa Melunasi Hutang Walau Sebesar Gunung

Kekuasaan itu cenderung anti kritik, karena semakin banyak kritik akan memperlemah kekuasaannya. Akibatnya berpikir kritis dapat dianggap ancaman bagi suatu kekuasaan.

Dunia pendidikan, terutama di perguruan tinggi terasa semakin terjauhkan dari budaya berpikir kritis, karena desakan kebutuhan untuk mendapatkan pekerjaan yang semakin sulit. Orientasi studinya adalah untuk kerja, kerja, kerja. Atau dengan kata lain uang, uang, uang, karena kerja untuk uang.

Uang itu memang penting, karena tanpa uang semuanya macet. Uang itu segala-galanya, karena segalanya membutuhkan uang. Akan tetapi kalau segalanya diukur uang, maka manusia tereduksi oleh uang dan dapat diperjual belikan. Akibatnya negara akan menyuburkan korupsi.

Berpikir kritis harus diletakkan pada posisinya yang benar untuk mengkritisi persoalan kehidupan yang dihadapinya, karena tanpa berpikir kritis akan menurunkan kreatifitas dunia kerja, terutama ketika menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks.

Loyalitas dalam berpikir kritis, bukan loyalitas pada atasan, tetapi loyalitas pada rasionalitas obyektif dunia kerja. Berpikir kritis mendorong perubahan yang semakin berkualitas, bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi dunia kerja yang semakin inovatif dan berkesejahteraan.

Penulis: Prof Musa Asy’ari, UIN Sunan Kalijaga.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *