Abdul Adzim Irsad, alumnus Universitas Ummul Quro Makkah.
Dulu, sebagian dari umat Islam terkena wabah Thaun. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “begeblkok”. Pagi sakit, sore hari wafat. Karena memang belum ada ilmu yang bisa mendeteksi penyebab dan belum ada obatnya.
Terkai dengan Thaun (wabah), Islampun bersikap bijaksana, bahwasanya orang yang bermukim di tempat wabah, tidak boleh keluar dari tempat tersebut. Sementara yang diluar juga tidak diperkenankan masuk. Begitulah penjelasan Rasulullah SAW. Arab Saudi mengambil sikap seperti ini.
Perlu diketahui bahwasanya sebuah Wabah, akan menimpa siapa saja, dan dimana saja tidak perduli agama dan keyakinan. Juga tidak perduli terhadap suku apapun, mau suku China, India, Eropa, Turki, USA.
Jika Allah SWT sudah menghendaki, semua akan terjadi sesuai dengan kodratNya. Tidak satupun manusia yang bisa menghalanginya. Begitulah kuasa Allah SWT yang tidak terbatas atas semesta ini.
Teringat sebuah peryataan Ibn Atoilah yang artinya “jika Allah mengabulkan sebuah doa, Allah ingin menunjukkan sifat kasih sayang kepada hambaNya, jika tidak mengabulkan Allah ingin menunjukkan keperkasaanNya, bahwa dirinya tidak bisa dintervensi oleh mahlukNya”.
Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, jangan sekali-kali mengatakan “Wabah corona itu merupakan tentara Allah SWT terhadap China. Sebab bisa jadi, Wahab itu akan menimpa seorang muslim atau negara mayoritas muslim. Jika menimpa seorang muslim, kemudian wafat, maka dia termasuk mati sahid.”
Di negeri China, terdapat umat Islam. Konon, muslim di China mendekati 50 juta jiwa. Saat ini, hampir semua kampus terdapat jurusan Bahasa Arab, sebuah bahasa paling sakral yang digunakan Rasulullah SAW dan Alquran.
Saat ini Arab Saudi yang mayoritas beraagama Islam juga ikut panik dengan virus Corona. Tamu tamu Allah SWT dan Rasulullah SAW yang akan menunaikan umrah harus tertunda. Sementara yang sedang perjalanan banyak yang tertahan di Jeddah, bahkan ada yang tertahan di perbatasan masuk Jeddah dan Makkah. Mereka sudah memakai ihram.
Saudara Agus Maftuh Abegabriel selaku Dubes RI untuk Arab Saudi bersusah payah meyakinkan kepada pemerintah Arab Saudi, agar yang sudah keluar visanya bisa berangkat umrah. Ternyata, sebagian sudah berhasil.
Sikap pemerintah Arab Saudi sangat wajar. Jangan sampai, ada jamaah umrah yangbmasuk dari berbagai negara masuk kota suci Makkah dan Madinah, kemudian menyebar begitu cepat dan itu sangat mungkin. Karena hingga sekarang belum ditemukan obatnya.
Rasanya aneh saat mendengar atau membaca tulisan “Corona itu tentara Allah”, kemudian menyerang calon tamu Allah yang akan memenuhi panggilan Allah, dan mereka juga bermukim di sekitar rumah Allah SWT.
Tidak suka kepada China, itu sah-sah saja. Wong itu haknya. Namun, mencatut nama Allah, itu kurang pas dan pantas, baik dari sudut pandang etika dan estetika.
Teringat sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi.
من كان يؤمن بالله واليوم الأخر فليقل خيرا اوليصمت
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik, atau lebih baik diam.
Jika belum bisa membantu sesama hambaNya, minimal tidak menyakiti sesamanya. Jika belum bisa berbuat baik kepada sesama, minimal diam menjaga lisan, karena itu jauh lebih baik.
Jkt-Malang, 29/02/2020