Oleh: Dr Suratno, dosen Universitas Paramadina Jakarta dan Pengurus Lakpesdam PBNU.
Di sosmed saya lihat beberapa teman rajin bingitss nyinyir pada NU.
Sebenarnya dari latar belakang mereka, kita bisa dengan mudah mengidentifikasi landasan berpikir dan motif-motifnya. Tapi saya nggak mau fokus kesitu. Di sini saya ingin membela (diri) NU saja…
Nyinyirnya nggak jauh-jauh dari isu bahwa NU dengan syiah, ahmadiyah saja bisa dekat, juga dengan agama-agama lokal seperti kejawen, sunda wiwitan dll dengan China dan Nasrani, Hindu, Budha, tapi dengan sesama ‘Muslim’ malah gak ber-ukhuwah.
Hellaauuw, muslim yang gimana tuh? Apa juga nggak kebalik?
Pertama, Muslim yang gemar membidngah-bidngahkan, menyesat-nyesatkan bahkan mengkafirkan sesama muslim termasuk syiah, ahmadiyah dll bahkan juga pada NU sendiri (masih ingat fitnah-fitnah pada Kang Said, Gus Mus, alm Gus Dur, Quraish Shihab dll?) karena merasa paling murni, paling benar, paling suci…
Kedua, Muslim yang gemar mempolitisasi agama. Kalo kata Gus Mus “Tuhan koq di ajak kampanye” hehe. Jargon-jargon dan simbol-simbol agama dimanipulasi untuk syahwat berkuasa dan kepentingan ekonomi-politiknya bahkan dengan hoax dam fitnah….
Ketiga, Muslim yang anti-kebinekaan dan kebudayaan. Tari-tari tradisional dianggap erotis. Patung-patung karya seni disetarakan berhala. Aspirasinya syariat Islam (versi mereka). Ingin mengganti pancasila. Memporak-porandakan NKRI. Ada yang bilang NKRI-bersyariah (NK-nya itu Negara Khilafah hehe). Atau juga Indonistan…
Keempat, Muslim yang setuju bahkan doyan main kekerasan. Dikit-dikit pentung dan anarkhis. Bahkan juga ngebom dimana-mana. Terus sang teroris pelakunya dipujaupuja. Jasadnya dianggap bau surga…
Muslim-muslim yang seperti itu maaf-maaf saja, tidak cocok dengan spirit keIslaman NU yang tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang) dan i’tidal (adil)…. serta tidak setuju tatharruf (ekstrimisme).
Selain itu komitmen NU pada PBNU (Pancasila, Bhineka-tunggal-ika, NKRI dan UUD 1945) adalah bagian dari spirit kebangsaan/keIndonesiaan NU yang tak bisa ditawar-tawar lagi.