“Bapak Presiden, kami laporkan di Papua ada pengibaran bendera Bintang Kejora,” kata Wiranto (men-Polkam, era Gusdur)
Gus Dur lantas bertanya, “Apa masih ada bendera Merah Putih-nya?”
“Ada hanya satu, tinggi.”
“Ya sudah, anggap saja Bintang Kejora itu umbul-umbul.”
“Tapi Bapak Presiden, ini sangat berbahaya.”
Tanpa panjang lebar, Gus Dur dengan santai menjawab, “Pikiran Bapak yang harus berubah, apa susahnya menganggap Bintang Kejora sebagai umbul-umbul! Sepak bola saja banyak benderanya!”
Pada 2007, setelah tak lagi menjabat presiden, Gus Dur mengungkapkan alasannya tak melarang Bendera Bintang Kejora dikibarkan.
“Bintang kejora bendera kultural. Kalau kita anggap sebagai bendera politik, salah kita sendiri,” katanya pada awak media.
Ia justru menyalahkan pola pikir TNI dan Polri karena melarang pengibaran bendera Bintang Kejora.
“Ketika polisi melarang, tidak dipikir mendalam, (tim) sepak bola saja punya bendera sendiri. Kita tak perlu ngotot sesuatu yang tak benar,” ujarnya.
Tak hanya mengizinkan bendera Bintang Kejora dikibarkan, Gus Dur juga mengabulkan permintaan rakyat Irian Jaya kala itu untuk menggunakan sebutan Papua.
Sumber: AS.Hikam “Gusdurku, Gusdur anda, Gusdur kita” (2013)