Kasus Rudapaksa di Bandung, Kiai Fajar: Hati-hati Pilih Pesantren.
Yogya, Bangkitmedia.com – Kasus rudapaksa di Bandung menghadirkan kesedihan yang sangat mendalam. Hati menahan pedih, perih, dan emosi atas berita tragedi rudapaksa yang dilakukan oknum di salah satu asrama Islamic Boarding School di Bandung Jawa Barat kepada murid-muridnya, bahkan sampai hamil dan banyak yang melahirkan.
Demikian ditegaskan Pengasuh Pesantren Harapan Ar-Risalah Bantul Kiai Fajar Abdul Basyir kepada Bangkitmedia.com, Sabtu (11/12/2021).
“Na’udzubillah min dzalik. Hati sangat pedih dan perih,” tegas Kiai Fajar.
Karena tragedi rudapaksa ini, bagi Kiai Fajar, pihaknya menyerahkan sepenuhnya hal tersebut kepada pihak hukum.
“Oleh sebab itu, kami selaku santri, akan menyampaikan beberapa hal terkait tragedi tersebut. Pertama, kita serahkan sepenuhnya kasus tersebut ke penegak hukum. Kedua, menghimbau agar penegak hukum memberi hukuman seadil-adilnya kepada pelaku rudapaksa tersebut. Ketiga, mari kita beri suport dan dukungan kepada korban dan keluarga korban agar cepat hilang traumanya. Terlebih bagi masyarakat dan tetangga sekitar, beri mereka dukungan dan pendapingan agar bisa bermasyarakat kembali dengan baik. Tentunya juga kita doakan semoga para korban dan keluarganya diberi kekuatan, ketabahan, dan dimudahkan segala urusannya,” tegas Kiai Fajar yang juga Ketua LBM PWNU DIY.
Kiai Fajar juga meminta orang tua yang akan memondokkan anaknya di pesantren, harus lebih hati-hati. Jangan asal pondok pesantren. Pilih pondok pesantren yang kridibel dan bisa dipercaya.
“Ciri-ciri pondok yang bisa dipercaya adalah: Pertama, telah mendapat izin dari pemerintah, baik Kemenag atau Kemenkumham. Kedua, pimpinan pondok pesantren telah diketajui keilmuan dan sanad ilmunya. Alumni pondok mana, sepak terjangnya di masyarakat, serta hubungan dengan masyarakat. Ketiga, pilih pondok pesantren yang terbuka, jangan pilih pondok eklusif. Bagaimana hubungan pondok dengan pemerintah, bagaimana pondok pesantren dengan masyarakat, dan juga bagaimana sistem hubungan pondok pesantren dengan orang tua atau wali santri. Pondok-pondok pesantren yang terbuka, pemerintah bisa mengakses, hubungan dengan masyarakat juga baik dan terbuka, hubungan dengan wali santri atau orang tua juga terbuka dengan baik,” tegas Kiai Fajar.
Bagi Kiai Fajar, jika semuanya terbuka, akan bisa saling mengisi dan mengawasi, dan juga masyarakat serta wali santri bisa mengetahui kegiatan anak-anak santri di pesantrennya.
“Semoga kita semua diselamatkan Allah dari segala ujian dan sekali lagi, para korban dan keluarganya diberi ketabahan dan kekuatan, serta diberi kemudahan dalam setiap urusannya. Amiin,” pungkas Kiai Fajar. (red/bangkitmedia.com)