Karena dasarnya sudah benci, imajinasinya pun jadi bengkok. “Jangankan ulama, ustad, biar ilmunya setinggi langit, seandainya malaikat pun yang jadi wapresnya tetap tidak akan saya pilih.”
Hei Beib, kamu itu enak. Kamu tidur dan berak saja tetap kami doakan setiap hari sebagai aalunnabi. Tapi mbok ya cintai yang kamu cintai sekadarnya, benci yang kamu benci sekadarnya, dan janganlah kebencianmu pada seseorang membuatmu berbuat tidak adil, sembrono. Itu kata nabi dan quran.
Kalau kamu yang kami doakan terus-terusan saja tingkahnya begitu maka kepada siapa lagi kami meniru akhlak. Atau, mungkinkah doa kami yang kurang khusyuk atau kamu sendiri beib yang bermasalah. Duh…
Terus aku nulis gini dikira dukung petahana. Oraaaaaaa….
(Penulis: Salman Ruysdie Anwar, seorang Kiai dari Kebumen)