Jihad Tak Selalu Berarti Pertempuran

Jihad Tak Selalu Berarti Pertempuran

SLEMAN, BANGKITMEDIA

Era milenial dimana informasi banyak bertebaran menyebabkan produksi berita bohong (hoax) sangat tinggi. Terjadi hiper realitas dimana kebenaran menjadi buram. Kebohongan yang disampaikan terus-menerus bisa menjadi kebenaran di era ini.

“Masyarakat akan percaya bahwa ketidakbenaran adalah kebenaran,” papar Kolonel Arhanud Zainudin dalam sambutannya di acara UIN Suka Bersholawat, Minggu (27/10) malam.

Salah satunya seperti perspektif masyarakat tentang jihad. Saat ini banyak orang yang anti dengan kata jihad. Sebagian besar memaknai kata ini sebagai sesuatu yang negatif. Jihad diidentikkan dengan pertempuran, bentrok, kekerasan, dan terorisme. Padahal jihad masa kini tidak bisa diartikan selalu identik dengan hal negatif atau dalam istilah lain lebih dikenal dengan holy war.

Arhanud menuturkan, jihad paling utama adalah jihad melawan hawa nafsu, salah satunya melawan nafsu malas. “Jihad bagi negara akan tercapai apabila jihad ini terlaksana,” tegas Komandan Kodim 0734 Yogyakarta ini.

Maka dari itu, dikatakan bahwa santri hampir setiap hari berjihad karena setiap hari ia pergi untut menuntut ilmu. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ketika seseorang keluar rumah untuk mencari ilmu maka ia akan dihitung berjihad sampai kembali ke rumah.

Selain itu, Arhanud juga menegaskan bahwa musuh sebenarnya adalah kemiskinan dan kebodohan. Melalui dua unsur itu, pihak ketiga bisa memanfaatkan kita untuk menghancurkan negeri.

“Yakni melalui orang-orang yang bodoh dan lemah,” pungkasnya.

Arhanud berharap, mahasiswa UIN dapat menjadi generasi yang tangguh dan kokoh untuk perkembangan negara ke depan. Bercermin pada pepatah “hancurnya suatu negeri bergantung pada kondisi pemudanya.” Ia juga mengantisipasi mahasiswa untuk membentengi diri dari hal-hal negatif seperti seks bebas, LGBT, dan hal buruk lain yang dapat merusak negeri.

Ia meminta, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga mulai menetapkan tekad dan tujuan untuk berjihad. Sebagai mahasiswa, bentuk jihad tentu saja dengan belajar sungguh-sungguh dan berbakti kepada orang tua. Agar aqidah yang telah disunnahkan Nabi tetap menjadi pedoman.

“Kami akan berjihad untuk negeri dengan belajar sungguh-sungguh!” Seru Arhanud sembari mengepalkan tangan, memposisikan diri sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. (Fikriyatul Islami Mujahidah/Rn)

*Penulis adalah mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga yang sedang Magang Profesi di Majalah Bangkit dan Bangkitmedia.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *