Saya tadi malam mengisi seminar yang dihadiri antara lain oleh Syaikh. Dr. Adnan al Afyouni (Mufti Damaskus dan ketua dewan Rekonsiliasi nasional Damaskus), dubes RI utk Suriah, dan dubes Suriah utk RI, Pak Ahsin Mahrus dengan moderator mantan presenter, Mbak Rahma Sarita. Seminar ini diadakan oleh pengurus pusat Ikatan Alumni Syam di Indonesia.
Judul seminar mungkin dianggap sebagian orang hiperbolik, atau justeru ada yang menganggap sudah cocok. Saya tidak fokus pada diksi judul.
Di antara poin yang saya catat ada dua:
1. Pembicara menyampaikan bahwa Suriah adalah negeri yang hampir tidak ada orang fakirnya, sekolah gratis, rumah sakit gratis, orangnya ramah, kehidupan beragama rukun, baik antar Islam-kristen, maupun antara Sunni dengan Syiah. Namun kerukunan dan kedamaian itu bisa tersulut api perang selain karena konstelasi global, juga dihembuskan isu agama. Maka terjadilah apa yang kemudian disesali oleh semua rakyat Suriah. Tapi sudah terlambat….!!!!
2. Saya menyampaikan bahwa kasus bendera di Indonesia jangan terus dibesar-besarkan. Karena jelas itu bendera Hizbut Tahrir. Lalu bagaimana klaim sebagian simpatisan Hizbut Tahrir yang ingin memperbesar dan mengobarkan masalah bendera dengan alasan bahwa kalau orang HT membawa Al Qur’an, lalu apakah bisa dikatakan itu Al Qur’an Hizbut Tahrir?
Tentu klaim simpatisan Hizbut Tahrir tersebut berangkat dari nalar yang absurd dan fallacy (penyesatan dalam logika).
Jelas Al Quran telah disepakati oleh seluruh umat Islam dari berbagai penjuru mazhab, siapapun yang pegang, ya akan tetap dianggap alquran umat Islam. Sedang masalah bendera penuh perbedaan; baik warna, tulisan dan praktek di negara muslim beragam (bendera Indonesia beda dengan Malaysia, Suriah, Iraq, Iran, Arab Saudi dll), belum lagi dalam kajian takhrij hadis. Dengan demikian, klaim bahwa itu bendera umat Islam adalah naif, absurd, atau mungkin juga ada udang di balik batu?
Saat turun seminar ada yang mewawancarai, di antara yang saya sampaikan, Banser dan Ansor jumlahnya terbesar di seluruh Indonesia dibanding ormas sejenis. Jangan terus uji kesabarannya, kalau mau demo mereka pasti bisa lebih massif, tapi kita kan gak ingin itu terjadi. Mari rawat NKRI yang merupakan hasil ijtihad para ulama.
Salam damai di hari Jum’at
(Ainur Rofiq Al Amin, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya)