Jangan Bicara Muluk-muluk tentang Islam, Jika Subuhmu Selalu Kesiangan

Waktu Subuh Tidak Bangun, Ini 13 Langkah Menyikapinya!

Jika ingin melihat kualitas keislaman seseorang, lihatlah dimana ia saat azan subuh berkumandang. Apakah ia bergegas menembus gelapnya subuh, atau ia masih asyik meringkuk dan menikmati amisnya kencing syaithan.

Dalam sebuah riwayat dikatakan, “Bahwa mereka yang subuhnya kesiangan maka syaithan telah mengencingi kupingnya.“  Relakah ketika kuping kita menjadi pispotnya syaithan? Naudzu billah min zalik.

Kenapa berlari seratus meter serasa dekat, namun beberapa meter saja ke masjid untuk shubuh berjamaah terasa berat. Memang ketika kita terlelap tidur, syaithan membuat tiga ikatan, dimana setiap ikatan itu tertulis, “Malam masih panjang tidurlah terus.“

Ketika anak Adam bangun, lepaslah satu ikatan. Ketika ia beranjak untuk berwudhu lepaslah satu ikatan dan ketika ia shalat lepaslah seluruh ikatan, demikian jelas sebuah hadist shahih.

Tetap tidur di waktu pagi dan menjadikan telinga ini tuli akan seruan muadzin adalah menyebakan kemiskinan. Kalaupun tidak miskin secara materi maka miskin kesehatan. Maka apalah artinya banyak uang namun penyakit menumpuk.

Dikatakan dalam sebuah riwayat,

“نومة الصيح تورث الفقر“

Tidur di pagi hari mewariskan kemiskinan.

Riwayat ini segaris lurus dengan sebuah peneitian bahwa tidur di pagi hari dapat menyebabkan diabetes.

Bahkan Nabi SAW pernah membangunkan Aisyah yang ketika itu sedang tidur di waktu pagi. Seraya berkata, “Bangunlah dan saksikanlah sesungguhnya Allah membagikan rizqinya di pagi hari.”

Shubuh berjama’ah menjadi ukuran keimanan seorang muslim karena ia merupan shalat yang berat bagi mereka yang masih ada nifaq di dalam hatinya.

Nabi saw bersabda,

إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651)

Shalat shubuh begitu memberatkan langkah karena ia hadir di saat kita asyik menikmati empuknya kasur, sedangkan shalat isya karena waktunya panjang sehingga kebanyakan kita mengakhirkannya. Padahal shalat isya berjamaah pun memilki keutamaan setengah dari shalat shubuh

Nabi saw bersabda,

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Barangsiapa yang shalat shubuh berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656).

Penulis: KH Damanhuri, Rais Syuriah PCNU Bantul.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *