Ini Penjelasan Gus Hilmy tentang Mewujudkan “An-Nahdlah Ats-Tsaniyah”

Harus ada usaha yang serius dari NU untuk menyambut datangnya “an-nahdlah ats-tsaniyah”. Langkah awal adalah melakukan revolusi mental di tubuh NU dengan merubah mindset dari yang lebih berorientasi ukhrawi saja menjadi orientasi duniawi ukhrawi dalam setiap bidang kehidupan.

Demikian ditegaskan KH Dr Hilmy Muhammad dalam acara Studium General dengan tema “Menguatkan Jam’iyyah dan Jama’ah Untuk Menyongsong An Nahdlah Ats Tsaniyah“, di Gedung Parasamya, Bantul, Sabtu 3 Agustus 2019.

“Kalau bicara an-nahdlah ats-tsaniyah, maka kita harus bicara duniawi ukhrawi sekaligus. Semua kegiatan NU itu yang pasti ada aspek duniawi ukhrawi,” tegas Gus Hilmy, panggilan akrabnya.

Gus Hilmy juga menegaskan bahwa warga NU harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebaikan (mabadi’ khaira ummah) meliputi ash shidq (kejujuran), al amanah (terpercaya), at-ta’awun (networking), al ‘adalah (proporsional), al istiqomah (konsisten). Gus Hilmy juga menambahkan dengan 2 prinsip, yakni asy syaja’ah (keberanian) dan ar rifqu (lembut, step by step, tidak frontal).

“Itulah hal-hal penting yang perlu kita catat sebagai warga NU untuk kebangkitan seluruh warga NU di masa kini sampai masa mendatang. Semua itu dalam rangka menyambut datangnya An Nahdlah Ats Tsaniyah 2026 yang akan datang,” tegas Gus Hilmy yang terpilih sebagai salah satu anggota DPD RI periode 2019-2024.

Gus Hilmy juga  menegaskan bahwa hampir 100 tahun NU berdiri, NU telah mencapai banyak kebangkitan. Namun juga masih banyak sekali kekurangan dan kelemahan yang dimiliki dan harus segera diperbaiki.

“Dalam berbagai aspek warga NU belum menjadi teladan di lembaga-lembaga besar, seperti KPU dan lain-lain. Hal itu menunjukkan belum ada orang NU yang menjadi panutan yang ada dalam lembaga-lembaga yang lebih luas tersebut,” lanjut Gus Hilmy yang juga Wakil Rais Syuriah PWNU DIY.

Dalam bidang pendidikan, poliklinik dan rumah sakit, kata Gus Hilmy, kita ketinggalan jauh dengan saudara-saudara kita. Makanya, kalau kita berbicara tentang bangkit, maka kita bicara kualitas dan kuantitas warga-warga NU terlebih dahulu.

“Jika kualitas dan kuantitas warga NU sudah terbangun dengan kuat maka kebangkitan NU sudah berada di depan mata. Dan sekarang ini adalah saatnya, sembari terus meningkatkan kualitas warga NU tanpa henti,” lanjutnya.

Dalam kesempatan ini, Gus Hilmy juga mengharapkan para kiai agar tidak melarang santri-santri NU untuk terjun ke dalam dunia politik. Justru kita harus mendorong santri-santri untuk berpikir kreatif sehingga bisa mengisi kekosongan-kekosongan dalam kementrian misalnya ataupun posisi-posisi strategis lainnya.

“Ini adalah perintah Al Qur’an. Kalau bukan kita yang mengisi siapa lagi, bahayanya nanti yang mengisi adalah orang yang belum tahu halal haram, belum tahu keadilan. Kalau kita ingin bangkit maka kita harus berpikir seperti itu,” pungkasnya. (irfan/yayan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *