Ini Kisah Rahasia Novel Best Seller ‘Hati Suhita’

novel Hati Suhita

Banyak banget hal tak terduga yang terjadi dalam proses tumbuh kembang Suhita. Sejak hamilnya. Lahirnya. Sampai dilamarnya.

Saya sudah lama meyakini, karya yang baik adalah karya yang selesai. Dan karya yang bagus adalah karya yang terasa hidup. Mungkin itu yang menjadi dasar bahwa dalam menulis, kita tidak boleh setengah setengah. Harus total.

Totalitas itu diantaranya adalah, ketika menulis, jangan pernah berpikir soal profit. Novel adalah karya seni. Hati kita harus jernih. Harus bening. Sajikan tulisan sebagus yang kita bisa. Sak gaduk gaduknya. Sak iso isonya.

Dalam proses menulis, jangan dicampuri angka angka. Sekali tulisan kita bercampur dengan motivasi angka, keruhnya akan terasa. Pembaca akan tau bedanya. Hasilnya juga akan semu.

Wigati dan Suhita memang diterbitkan indie, tidak ada di toko buku manapun. Semuanya lewat agen Mazaya karena dalam rangka menggerakkan ekonomi kreatif ibu ibu muda. Tentu saja dalam hal ini karya yang baik karena selesai, dan karya yang bagus karena terasa hidup, itu tidak cukup. Strategi penjualan dan pemasaran menjadi sangat penting.

Tapi menulis dan berjualan buku, adalah proses yang tidak bisa dicampur aduk. Tidak bisa dipikir dalam satu waktu. Itu sama saja dengan berdiri diantara dua perahu.

Profit dan angka baru boleh kita pikirkan ketika karya kita sudah benar benar selesai, syukur syukur kalau sudah berbentuk buku. Dalam menulis Suhita, saya dulu begitu.

Strategi distribusi dan lain-lain baru kita pikirkan kalau ribuan buku sudah datang dan siap edar. Karena Suhita memang beda. Tidak ada open PO. Saat menulis, yang penting adalah menulis sebaik-baiknya.

Saya jadi ingat acara Suhita di Dinas Perpustkaan dan kearsipan daerah Jombang. Waktu itu banyak sekali peserta dari kalangan penulis dan pegiat seni. Tentu mereka lebih fokus pada proses penjualan suhita yang mandiri, daripada Suhita secara isi.

Mereka gumun dengan pemasarannya. Bagaimana mungkin Suhita terjual sebanyak itu hanya lewat jalur udara?

Jawabannya adalah karena Suhita punya tim dan agen agen yang sangat kuat.

Mereka mengedarkan Suhita dengan cinta. Dengan sayang. Dengan penuh perhatian. Mereka hafal isi cerita Suhita di luar kepala. Mereka faham ruhnya. Faham ghirah dan himmah semua tokohnya. Mereka promo dengan sukarela. Mereka mengedarkan Suhita ke seluruh penjuru. Semakin luas dari waktu ke waktu. Mereka lah yang hebat, bukan saya. Tugas saya hanya menulis sedalam yang sy bisa.

Mereka memahami Suhita lahir Bathin, dan seluruh isinya. Mereka menyukai semua yang suka, wayang, ajaran luhur nenek moyang, filosofi jawa, kisah kisah perempuan hebat, dan lain lain.

Lalu mereka mereka ini, disamping mengedarkan Wigati dan Suhita, juga mengedarkan bross wayang, yang terdiri dari bermacam macam tokoh, lengkap dengan filosofinya. Berlanjut ke bantal suhita. Berlanjut ke gelang kaukah. Berlanjut ke mukena suhita  dengan pouch punokawan, semar dan anak anaknya. Sampai orang orang menjuluki mereka agen budaya Mazaya.

Mereka barbaris rapi, dan setia. Membiarkan saya terus berkarya, dan terus berkreasi. Mereka faham bahwa kreatif itu mencipta, bukan meniru.

Mereka sangat faham bahwa kreativitas itu seperti halnya cinta kasih. Dia berbuah dari dalam, tidak bisa dipaksakan.

Agen Mazaya adalah bagian paling penting dari tumbuh kembang Suhita. Dari menyebarnya suhita ke seluruh pelosok negri sampai hendak dilayarlebarkan. Mereka siap sedia menerima apapun dengan sepenuh sungguh. Mereka ada di bait bait pertama dalam doa yang saya panjatkan.

Sekarang, jelang Suhita filem, Permintaan Suhita semakin banyak. Membludak. Semakin meluas. Menyentuh orang orang yang tidak pernah kami pikirkan sebelumnya. Pernak pernik suhita juga semakin diburu. Apapun yang berkait dengan suhita menjadi sesuatu yang bagitu diingini.

Kami merasa perlu untuk membuka keagenan baru, menjadi barisan yang rapi di sisi kami, menjadi keluarga baru kami yang gak karu karuan kemriyeknya. Menjadi agen budaya mazaya.

Kami memutuskan untuk memberi kesempatan 5 orang yang mau bergabung menjadi keluarga besar suhita, sekaligus agen Budaya Mazaya, berbaris rapi di sisi kami, dan setia.

Kalau njenengan berkenan, silahkan hubungi  kepala agen kami, mba Wiem Suci di inboknya, atau di nomer telephonnya +628113562477, nanti akan dijelakan segala sesuatunya. Termasuk ketentuan, syarat, dan keunggulannya.

Begitulah sebuah karya, punya takdirnya sendiri sendiri. Dia dituntun oleh bakat, bakat dituntun oleh kemauan, kemauan dituntun oleh kesungguhan, dan kesungguhan dituntun oleh proses.

Pada ahirnya, tidak ada sebuah buku pun yang hebat karena dirinya sendiri. Semuanya pasti atas bantuan orang orang yang menyayanginya.

Tugas kita sebagai penulis hanya terus menulis sebaik baiknya. Terus kreatif dan meletakkan kalimat ini di dalam dada, bahwa kreatif itu bukan meniru tapi mencipta.

Terus mencipta … jangan berhenti.

Soal pemasaran, dan yang berkait dengan itu, tidak mungkin bisa kita pikirkan sendiri. Bentuklah kerjasama yang bagus dengan tim. Tentu saja satelah karya kita berbentuk buku dan siap melanglang buana.

Sampun nggih, saya menanti 5 orang yang mau bergabung, 5 orang saja, sebagai tambahan yang sudah ada.

Siapa tahu kita bisa nonton gala preimere film Suhita bersama sama. Melihat ‘Gus Birru’ dalam jarak yang paling dekat. Hehe.

Salam sayaaaang

 

Penulis: Khilma Anis, penulis Novel ‘Hati Suhita’

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *