KAMI CINTA NU
Saya cinta NU. Abah saya (almaghfurlah Al Habib Alwy bin Salim Alaydrus Malang) adalah guru dari sebagian besar orang NU, termasuk juga para ustadz dan kiai di Malang.
Abah saya semasa mudanya aktif di NU. Bahkan Gus Dur adalah yunior abah saya. Gus Dur begitu hormat pada abah.
Abah pernah menjadi Rois Syuriah PCNU Malang. Sekitar tahun 70-an abah mengundurkan diri dari jabatan struktural di NU. Tapi warga nahdliyyin, baik struktural maupun kultural tetap mengaji pada abah, hingga beliau wafat.
Saya sendiri mencintai NU. Alhamdulillah, juga dipercaya para kyai sepuh Malang untuk terlibat dalam kepengurusan NU. Walau bukan pengurus inti.
Begitu juga sebagian besar para Habaib, mereka adalah bagian dari Nahdliyyin. Baik secara struktural atau pun kultural. Dan kami semua hormat dan cinta dengan para sesepuh NU seperti Mbah Hasyim Asy’ari, Mbah Wahab Hasbullah, Mbah Bisri Syansuri dan yang lain.
Namun jangan karena kami tidak suka dengan narasi seseorang yang memang tidak beradab ketika menggambarkan diri Rasulullah, yang kebetulan yang bersangkutan adalah orang NU, lantas saya dan Habaib lainnya dibenturkan dengan NU. Seolah-olah kami menyerang NU!
Almarhum Abah pernah bersama-sama dengan Kyai Misbah Musthofa Rembang mengkritik Gus Dur terkait Bank Nusumma, tapi Gus Dur dan para tokoh yang lain tidak ada satupun yang menuduh Abah dan Kyai Misbah menyerang dan memusuhi NU.
Mereka masih takdzim dan hormat pada Abah hingga beliau wafat.
Jadi, sekali lagi pahamilah, bahwa ketika kami mempersoalkan tokoh NU karena kesalahannya, bukan berarti kami sedang mempersoalkan NU.
Sama misalnya ketika ada seorang habib yang syiah. Silakan persoalkan ke-syiah-annya. Bukan kehabibannya. Atau ketika ada orang Islam yang korupsi, jangan Islamnya yang dipersoalkan, tapi persoalkanlah orangnya!
Yang kita persoalkan sekarang ini adalah seseorang secara pribadi, yang atas kelancangannya telah berani bersikap tanpa adab kepada Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa alihi wasohbihi wasallam.
Siapapun dia, dari latar belakang apapun dan manapun, walaupun dari kalangan ulama atau habaib, kalau tidak beradab kepada Kanjeng Nabi akan kita persoalkan!
Sekali lagi bukan NU secara organisasitoris yang kita persoalkan. NU akan tetap kami jaga dan kami cintai. Dengan tidak membiarkan orang-orang yang ingin merusaknya dari luar maupun dari dalam.
Dan tetap setia dengan ajaran Hadrotussyaikh Mbah Hasyim Asy’ary dan para masyaikh NU yang lain.
Semoga Gusti Allah tetap menjaga ukhuwah antara kita. Semoga kita selalu mencari KEBENARAN, bukan harus mencari PEMBENARAN!
Wallahu A’lam
(Penulis: Alfaqir Habib Asadullah bin Alwy Alaydrus, Malang)