Salah satu karakteristik utama Islam Nusantara yang termanifestasikan dalam Aswaja An-Nahdliyyah adalah moderasi (tawassuth). Hal ini sesuai sabda Nabi:
خير الامور اوسطها
Sebaik-baiknya perkara adalah yang ada di tengah.
Allah dalam Q.S. Al Baqarah juga menegaskan;
وكذلك جعلناكم امة وسطا لتكونوا شهداء علي الناس
Begitu juga Kami jadikan kamu semua umat yang moderat supaya mampu menjadi saksi terhadap manusia
Dalam tafsir, makna wasatha adalah: generasi pilihan-adil (خياراعدولا)
Moderasi Akidah
Imam Abu Hasan Al Asy’ari melahirkan pemikiran ‘al-kasbu’ usaha, sebagai moderasi rasionalitas absolut kaum qadariyah-mu’tazilah dan fatalitas absolut kaum jabariyah.
Manusia wajib berusaha dengan kemampuan terbaik, namun tetap tawakkal kepada Allah sebagai penentu hasil akhir.
Hal ini terwakili dalam pepatah:
انا اريد وانت تريد والله يفعل ما يريد
Saya ingin, kamu ingin, Allah memutuskan sesuai KehendakNya
Moderasi Fiqh
Imam Syafi’i berhasil mendamaikan perseteruan dua kubu, antara Ahlul hadis yang berpusat di Madinah dengan tokohnya Imam Malik dan ahlur ra’yi di Kufah Baghdad dengan tokoh utamanya Imam Hanafi dengan teori yang sangat terkenal, yaitu ilmu Ushul fiqh yang menggabungkan dimensi normatif (al-Quran-hadis) dan rasional (qiyas).
Imam Syafi’i juga menginisiasi penelitian induktif empiris (istiqra’) dengan hasil spektakuler yang sampai sekarang masih menjadi rujukan, yaitu: standar minimal, maksimal, dan kebiasaan haidl, nifas, dan istihadlah.
Moderasi Tasawuf
Imam Ghazali mampu mendamaikan dua kubu yang berbenturan, antara aliran formalis (fuqaha) dan substansialis (shufi) dengan mahakarya yang sangat berpengaruh sampai skrg, yaitu: Ihya’ Ulumiddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama).
Dalam kitab Ihya’, pemikiran Imam Ghazali sarat kandungan filsafat, fiqh, dan tasawuf. Ketiganya diramu Imam Ghazali dengan indah dan menarik, sehingga menjadi oase yang membangkitkan studi keislaman pada zamannya, bahkan sampai sekarang.
Islam Nusantara/ Aswaja Nahdliyyah: Islam Moderat
Moderasi Aswaja An-Nahdliyyah dilanjutkan dalam Islam Nusantara yang dianut oleh golongan NU, yang selalu berada di tengah, antara golongan ekstrim kanan yang radikal-fundamental dan ekstrim kiri yang liberal.
Moderasi Islam Nusantara selalu berorientasi pada implementasi lima hak dasar universal yang menjadi core value tujuan hukum Islam (maqasidus Syariah), yaitu: menjaga agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan.
Pancasila dan NKRI: Harga Mati
Salah satu hasil ijtihad ulama NU sebagai poros utama Islam Nusantara adalah kebulatan tekad untuk mempertahankan Pancasila dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Keduanya adalah harga mati.
Selama Pancasila dan NKRI kokoh di negeri ini, lima hak dasar di atas (menjaga agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan) akan terjaga, lestari, dan tegak di bumi tercinta ini. Jika Pancasila dan NKRI terganggu, maka lima hak dasar sedang dalam ancaman.
Hal ini sesuai kaidah:
للوسائل حكم المقاصد
ما لا يتم الواجب الا به فهو واجب
Kader Penerus NU
Kader Penerus NU harus tampil sebagai pemikir dan penerus Islam Nusantara ala Aswaja An-Nahdliyyah. Jangan sampai mereka terkena virus kelompok radikal dan liberal. Jadilah kader NU yang luas wawasannya, dalam pengetahuannya, piwai manajemen dan kepemimpinannya, luas jaringannya, dan militan ideologinya dalam mengawal dan melanjutkan perjuangan ulama-ulama NU yang gigih membela Islam Aswaja An-Nahdliyyah dan Pancasila-NKRI.
Semoga kalian lulus di kampus-kampus terbaik, menjadi kader-kader idaman, dan mampu mengharumkan NU dan Indonesia. Amiin Yaa Rabbal Alamiin
Madrasah Diniyah Kadilangu Trangkil Pati
Selasa malam Rabu, 1 Mei 2018
(Jamal Ma’mur Asmani, Wakil Ketua PCNU Pati)