Ilmu Harus Dibangun dengan Sanad dan Sumber yang Jelas

kiai rohmat

Oleh : KH Rohmat Salim

Pernah suatu ketika saya bertemu salah seorang yang sangat rajin puasa. Sayangnya, orang tersebut tidak menjalankan shalat wajib 5 waktu. Orang itu beranggapan bahwa dengan ibadah puasa yang rajin, maka tidak menjalankan shalat tidak masalah. Dari kisah orang ini, dapat digarisbawahi betapa pentingnya ilmu pengetahuan.

Ilmu itu dibagi menjadi empat. Keempat ilmu inilah yang dapat menunjukkan seseorang berada di tingkatan mana. Keempat ilmu ini pula yang dapat menjerumuskan, sekaligus dapat menyelamatkan. Berikut keempat ilmu tersebut :

Pertama, ilmu matang. Ciri ilmu matang itu ilmu yang langsung gathuk (menyambung) ke hati. Ilmu matang termasuk ilmu fikih. Ilmu fikih menurut Asy-Syafi’i merupakan ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan para mukallaf yang telah dikeluarkan dari dalil yang jelas. Ilmu fikih menjelaskan tentang hukum syar’iyyah yang berhubungan dengan tindakan, ucapan atau perbuatan manusia. Ulama mengambil ilmu fikih bersumber pada ushul fiqih. Ushul fiqih merupakan formulasi dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang berupa amaliyah (yang akan diamalkan).

Kedua, ilmu kebakar. Ilmu kebakar adalah ilmu yang mudah terbakar. Ilmu yang direko-reko (direkayasa_red). Ilmu ini termasuk ilmu yang bersifat destruktif atau merusak. Ilmu yang dapat mempengaruhi persepsi, pandangan dan yang membangun dasar pemikiran yang salah. Pemikiran salah disebabkan karena keterbatasan jangkauan ilmu yang diserap, sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda. Ilmu inilah yang dapat menyesatkan seseorang.

Ketiga, ilmu tauhid. Ilmu tauhid disebut dengan ilmu aqidah. Ilmu tauhid mendasarkan sumber ilmu menggunakan dalil naqli (Al Quran dan Sunnah Rasulullah) dan dalil ‘aqli (berdasarkan pikiran yang sehat). Dasar ilmu tauhid mengutamakan dalil naqli (Al Quran) dari pada dalil ‘aqli. Sedangkan ilmu yang mengutamakan dalil ‘aqli (mengutamakan akal pikiran) dapat masuk ke golongan “ilmu kebakar” yang dapat menjerumuskan.

Dalil Naqli diibaratkan sebagai pelita, sedangkan dalid ‘aqli diibaratkan sebagai mata. Mata manusia bisa saja dikelabuhi, tersesat dan salah melihat. Sedangkan pelita sebagai petunjuk arah arah. Ilmu tauhid menempatkan ilmu naqli di depan, sedangkan ilmu ‘aqli mengikuti dalil naqli. Contoh ilmu tauhid yang mempertanyakan wujud Allah itu bagaimana? Ilmu yang sulit dijelaskan. Hanya dapat dipahami dan rasakan karena iman.

Keempat, ilmu matang tidak bisa terbakar. Ilmu matang tidak bisa terbakar, merupakan ilmu yang memiliki keimanan tertinggi.

Itulah keempat ilmu. Jika Ilmu tidak dipelajari secara keseluruhan, dapat menimbulkan perbedaan pemahaman dan multi tafsir. Oleh sebab itu, sebaik-baik ilmu yang dibangun berdasarkan dasar ilmu yang jelas sanadnya dan sumbernya.

*) Disarikan oleh Elisa

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *