Ijazah Doa Li Khomsatun dari KH Hasyim Asy’ari. Ini ijazah doa tolak bala dari KH. Hasyim Asy’ari bila menghadapi pagebluk penyakit.
Malam ini diadakan haul KH Yahya bin Abdul Hamid Chasbullah di Tambakberas. Mauidzah hasanah disampaikan oleh KH. Masduqi Abdurrahman Al Hafidz (Pengasuh Pondok Pesantren Roudhotu Tahfidzi Qur’an Perak Jombang). Beliau mengijazahkan bila ada wabah penyakit agar membaca doa berikut:
لِي خَمْسَةٌ أُطْفِي بِهاَ حَرَّ الوَباَءِ الحا طِمَة
المُصْطَفَى وَالمُرتَضَى وَابْناَهُماَ وَفَاطِمَة
Selesai acara, saya bertanya kepada beliau tentang doa di atas. Beliau berkisah bahwa zaman dulu terjadi pagebluk yang bila pagi ada orang sakit, maka sorenya meninggal. Lalu KH. Hasyim Asy’ari mengijazahkan doa tersebut kepada KH. Romli Rejoso, KH. Wahab Chasbullah Tambakberas, KH. Bisri Denanyar, dan pondok Semelo Perak.
****
Redaksi lain dari kitab kumpulan doa dan dari google:
لِي خَمْسَةٌ أُطْفِي بِهَا * حَرَّ الوَبَاِء الْحَاطِمَةْ
اَلْمُصْطَفَى وَالمُرتَضَى وَابْنَاهُمَا وَالفَاطِمَةْ
ﻟﻲ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﻃﻔﻲ ﺑﻬﻢ * ﻧﺎﺭ ﺍﻟﻜﺮﻭﺏ ﺍﻟﺤﺎﻃﻤﺔ
ﺍﻟﻤﺼﻄﻔﻰ ﻭﺍﻟﻤﺮﺗﻀﻰ * ﻭﺍﺑﻨﺎﻫﻤﺎ ﻭﻓﺎﻃﻤﺔ
لي خمسة اطفي بها ✩ نارالجحيم الحاطمة
المصطفى والمرتضى ✩ وابناهما وفاطمة
لِي خَمْسَةٌ أُطْفِي بِهاَ نَارَ الْجَحِيْمِ الْحَاطِمَةْ
المُصْطَفَى وَالمُرتَضَى وَابْناَهُماَ وَالفَاطِمَة
لي خمسة اطفي بها حر الوباء الحاطمة
المصطفى والمرتضى وابنهما وفاطمة
Demikian Ijazah Doa Li Khomsatun dari KH Hasyim Asy’ari
Penulis: Ainur Rofiq Al Amin, Pesantren Tambakberas Jombang.
Sebagai tambahan, kami sertakan pula
Doa Li Khomsatun dan Titik Ba’ Karya Sayyidina Ali
لي خمسة اطفي بها حر الوباء الحاطمة
المصطفى و المرتضى و ابناهما و فاطمة
Hasan dan Husain (ابناهما) adalah anak biologis ‘Ali bin Abi Tholib karramallahu wajhahu. Titik Ba’ adalah “anak ideologis” al-Murtadho, menantu dan murid utama al-Mushthofa.
Kebetulan, malam ini saya menemukan “li khomsatun”, doa tawassul yang diijazahkan oleh Hadhratusy-syaikh Hasyim Asy’ari kepada Kyai Romli Rejoso, Kyai A Wahab Chasbullah Tambakberas dan Kyai Bisri Denanyar. Itu doa untuk menghadapi masa pandemik (pageblug).
Masa kecil saya bangkit. Ya, sayup-sayup terdengar suara masa lalu. Saya tidak dapat memastikan, tapi rasanya kalimat itu tidak asing.
Sahabat,
Salah satu hal yang berat untuk menyampaikan Titik Ba adalah bagaimana sedapat mungkin mengurangi prasangka dan tanggapan buruk dari masyarakat. Harus saya akui, bahwa banyak ucapan dari “al-murtadho” ‘Ali bin Abi Tholib yang turut membentuk pemahaman saya tentang Titik Ba.
Namun, sebagian muslim sunni cenderung bereaksi negatif hanya karena sebuah kalimat diucapkan oleh peletak dasar ilmu nahwu tersebut. Abu al-Aswad ad-Duali merumuskan ilmu nahwu adalah atas bimbingan beliau.
Apa salahnya saya mengutip ‘Ali bin Abi Tholib, padahal begitu sering saya mengutip Albert Einstein dan Yuval Noah Harari? Saya sempat berdebat di sebuah WA Group, karena salah satu anggota tidak sepakat kutipan ‘Ali bin Abu Tholib: “انا النقطة التي تحت الباء في اول البسملة”
Kebetulan, tepat pada kajian Titik Ba nanti malam (live di Facebook) saya berencana membahas kutipan ‘Ali bin Abi Tholib. Saya sempat maju-mundur, sampai kebetulan baru saja menemukan “Li Khomsatun”.
Tema di luar “keagamaan” relatif lebih damai. Berbincang tentang sejarah, filsafat, logika, matematika, fisika dan sebagainya relatif lebih mudah. Maksud saya, jika salah ucap terkait urusan non-agama, tidak ada lontaran cap kafir. Beda dengan bicara agama, darah cepat menggelak. Urat leher menegang. “Ini tentang kebenaran!”
Titik Ba: segalanya satu, utuh tak terbagi dan sejatinya tidak ada.
2 April 2020
Penulis: Ahmad Thoha Faz, Tegal.
Baca juga berbagai doa sehari hari lainnya. Baca di sini