Curhat pagi. Ketika saya baru saja mendarat di Brussel Senin pagi kemaren, ada banyak pesan masuk di WA. Salah satunya berisi skrinsyut postingan IG Felix Siauw, berupa “puisi” tentang demo 212 dengan judul, “Terinspirasi Puisi Gus Mus”.
Tak sulit untuk menebak, puisi Abah yang mana yang “dibajak” oleh mualaf pujaan para artis “hijrah” itu.
Dalam kondisi capek setelah menempuh perjalanan panjang dari Jakarta, saya membalas pesan itu seadanya. Ketika pengirim pesan menanyakan pendapat Abah tentang hal itu, ya saya jawab asal aja, “paling no comment”. Tak ada niat saya untuk mengganggu Abah dengan bertanya pendapat beliau.
Ngapain? Puisi karya Abah yang memang fenomenal itu bukan sekali ini saja dibajak dan diubah semau-maunya. Telah berulangkali kami membantah atau membuat klarifikasi, tetap saja banyak yang tertipu, tak mampu membedakan mana yang asli mana yang palsu.
Pagi ini saya mendapat laporan, “puisi aspal” (asli tapi palsu) tentang demo 212 itu beredar luas di WAG kader PKS dengan judul “Puisi Gus Mus”. Entah siapa yang dengan sengaja menghilangkan kata “Terinspirasi” dan nama Felix Siauw sebagai penulisnya, yang jelas buat saya itu JAHAT sekali. Kayak gitu kok ngakunya kader partai dakwah.
Maafkan kalau saya terkesan emosi. Buat yang belum tahu, sudah sejak pilpres 2014 lalu nama Abah dicatut, diseret dan dibawa-bawa dalam kampanye. Banyak postingan yang tak jelas siapa penulis aslinya, tapi memakai nama Abah.
Yang saya masih ingat, ada postingan yang memuji-muji Prabowo Subianto, menggunakan nama Abah, tapi di bawahnya tertulis “Serang, tanggal sekian bulan sekian… ” Artinya, kalau pembaca jeli, pasti langsung tahu kalau itu hoax (bukan Abah yang menulis). Toh, tetap saja banyak yang tertipu.
Entah bagaimana caranya menghentikan semua kegilaan ini. Boleh ngga sih pilpres dipercepat saja?
(Ning Ienas Tsuroiya, putri Gus Mus)