Sabtu, 03 Pebruari 2018, menjelang proses pemberangkatan jenazah almarhum KH Saiful Mujab, langit Jogja dipenuhi mendung tebal. Hujan mengguyur semua daerah di DIY, termasuk antara Timoho sampai Krapyak Wetan. Sesuai rencana, jam 13.00 WIB, proses pemberangkatan dilaksanakan. Hujan masih mengguyur, seolah ingin menemani proses peristirahatan terakhir KH Saiful Mujab.
Waktu menunjukkan sholat dhuhur, jam 12.00, hujan justru makin terasa derasnya. Berderet-deret pelayat ingin mengantarkan KH Saiful Mujab. Tidak sedikit yang terjebak macet, karena kondisi yang tidak memungkinkan. Tidak ada yang merasa berdesekan, karena ingin memberi penghormatan kepada sosok yang dicintai dan dikagumi, sosok kiai yang dikenal sebagai singa podium pada jamannya.
Bukan hanya para santri, para kiai juga berdatangan silih berganti. Dalam prosesi pemberangkatan, hadir di sana KH Dr Malik Madany, Prof. KH. Mohammad Machasin, KH Chasan Abdullah, dan lain sebagainya. Para pengurus NU, baik level bawah sampai wilayah, juga berdatangan silih berganti. Mereka menjadi saksi ihwal perjuangan KH Saiful Mujab yang akan terus menginspirasi.
“Tidak ada alasan untuk tidak ta’ziyah kepada almarhum KH Saiful Mujab. Hujan deras sama sekali tak menghalangi. Beliau itu gurunya para kiai, gurunya para kader penggerak. Jejak hidupnya dipenuhi keteladanan yang sangat penting untuk diserap kader muda saat ini. Spirit perjuangan KH Saiful Mujab sangat penting untuk ditransfer kepada generasi saat ini,” tegas Mahmudin, kader NU yang terus menguatkan KOIN NU di Piyungan.
“Generasi penerus NU harus belajar kepada KH Saiful Mujab. Beliau berjuang dengan segala yang dimiliki, tanpa sedikitpun mengeluh dalam perjuangannya. Kepergian KH Saiful Mujab menjadi ibroh bagi semua santri, apalagi generasi penerus perjuangan NU, untuk terus menggelorakan semangat perjuangan. Mengabdi di NU selalu membawa berkah, mengantarkan kita menjadi santrinya Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari,” sahut Gus Muhammad Irfan Chalimy Az, Ketua PC GP Ansor Bantul.
Tidak sedikit anak muda NU Jogja dari berbagai penjuru desa sengaja datang untuk almarhum KH Saiful Mujab. Mereka justru sangat bahagia, karena hujan Jogja mengiringi proses pemberangkatan jenazah. Sesampai di Pemakaman Sorowajan Krapyak Wetan, hujan mereda. Seolah tahu jenazah KH Saiful Mujab akan segera dipindah ke liang lahat. Para kiai juga menjadi saksi di pemakaman, ada KH Munawir Af, KH M Habib A Syakur, KH Muhtarom Ahmad, H. Amin fauzan, H. Ahmad Yubaidi, juga ada Prof. Amien Rais, mantan Ketua PP Muhammadiyah. .
Langit Jogja kembali cerah ketika jenazah sudah dimakamkan. Hanya ada mendung tipis yang menyelimuti wilayah Jogja. (md)