Hormati Habib dan Ikuti yang Jelas Kesalehannya

habib lutfi habib syech

Dzurriyyah atau cucu dan keturunan Rasulullah saw dari Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain radhiyallahu’anhuma adalah orang- orang yang mulia dan dicintai oleh Allah swt. Mereka sering disebut dengan istilah “Ahli Bait Rasulillah saw”.

Memuliakan serta mencintai mereka adalah suatu ibadah yang dihukumi wajib bagi setiap muslim. Paling tidak begitulah aqidah atau faham yang dianut oleh kalangan Islam sunni atau golongan Ahlussunnah wal Jamaah apalagi madzhab Syafi’i.*

Menurut al-Imam as-Syafii ra, mencintai ahlibait Rasulillah saw hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim.

Disebutkan dalam kitab Diwanul Imam as-Syafi’i ra, hal 101, beliau al-Imam as-Syafi’i ra berkata dalam syair yang artinya, “Wahai ahlibaitirrasulillah, mencintai kamu sekalian hukumnya adalah wajib menurut Allah swt berdasarkan ayat Al-Qur’an yang telah diturunkan-Nya…”.

Selain itu al-Imam as-Syafi’i ra juga berargumen bahwa shalat seorang muslim tidaklah sah jika ia tidak mau mendoakan ahlibait Rasulillah saw.

Pernyataan al-Imam as-Syafi’i ra tentunya adalah pernyataan yang bersifat umum. Karena, ketika suatu saat ada seseorang yang mengkonfirmasikan tentang persoalan ini kepada Syaikh as-Sayid Ibrahim al-Hasani (Syaikh Abdul Kahfi Tsani, gurunya Syaikh Nahrowi Dalhar, Watucongol, Magelang)**, beliau hanya menjawab dengan menukil ayat Al-Qur an:

يُضِلُّ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاء

Artinya, “Allah swt menyesatkan orang siapa saja yang ia kehendaki dan memberikan petunjuk pada siapa saja yang ia kehendaki pula”

Oleh karena itu untuk kehati-hatian dalam persoalan mencintai apalagi mengikuti ahlibait Rasulillah saw, jika kita telah mengetahui adanya ahlibait Rasulillah saw yang shalih-shalih lebih baik kita mencintai dan mengikuti mereka saja daripada yang masih diragukan keshalihannya.

Mungkin untuk sekedar menghormati tidaklah menjadi masalah. Akan tetapi menghormati tidak harus mencintai dan mengikuti.***

Kesimpulan penulis:
1. Ikutilah habaib/ habib yang jelas-jelas keshalihannya (memiliki perilaku terpuji).
2. Jangan terlalu fanatik terhadap ‘habib’ yang kita kenali hanya dari media/ media sosial.
3. Jangan sekali-kali kita mengolok-olok habaib/ habib. Sekalipun habib tersebut kontroversi & kita kurang sependapat dengannya. Apalagi informasi yang berkaitan dengan hal kontroversi tersebut kita dapatkan dari berita.
4. Mengingat banyak teman-teman muslim yang bersikap kebablasan maka tulisan ini kami muat supaya kita tetap bersikap sesuai tuntunan.

Penulis: M N Sholihun, Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu Kebumen.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *