Hikmah di Balik Wabah Covid-19

Hikmah di Balik Wabah Covid-19

Hikmah di Balik Wabah Covid-19- Tulisan ini tidak berpretensi untuk mengulas hikmah wabah covid-19 dari sudut pandang agama, tetapi lebih dari sudut pandang sosiologis antropologis. Sudut pandang agama sudah banyak dibahas oleh orang lain. Meskipun demikian, karena latar belakang penulis adalah dosen di perguruan tinggi agama, persentuhan dengan nilai-nilai dan ajaran agama barangkali agak sulit dihindari.

Tulisan ini juga tidak dimaksudkan sebagai karya ilmiah, karena mungkin tulisan ini belum memenuhi standar ilmiah. Jadi anggaplah tulisan ini hanya sebagai opini di tengah kejenuhan selalu beraktifitas di  rumah (WFH).

Banyak pakar ekonomi memprediksi bahwa wabah virus covid-19 ini akan menyebabkan resesi ekonomi bahkan karena berlangsung lama akan menyebabkan depresi ekonomi di hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara yang paling berat dihantam wabah ini seperti China, Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Perancis, dan negara-negara Asean termasuk Indonesia.

Hal ini bukan hanya asumsi tetapi sudah nyata terjadi di depan mata kita. Ribuan triliun uang negara harus dikucurkan untuk mencegah dan menanggulangi wabah ini, belum cost ekonomi dan sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat.

Namun demikian, sebetulnya di setiap musibah akan selalu ada setitik cahaya terang atau hikmah yang bisa dipetik dan menjadi pelajaran penting bagi masyarakat dunia. Hikmah-hikmah ini jika kita konversi ke dalam nilai ekonomi barangkali bisa setara atau bahkan lebih besar atau lebih mahal dari nilai kerugian ekonomi yang diderita hampir seluruh negara di muka bumi ini. Hikmah-hikmah tersebut antara lain:

Pertama, menurunnya emisi gas buang. Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Dampak wabah virus covid-19 ini bagi dunia transoprtasi luar biasa. Ketika sebuah negara menerapkan lockdown seperti China, Italia, London, Paris dan lain-lain, maka bisa dibayangkan berapa pesawat terbang yang harus parkir, berapa kereta api, bus, dan kendaraan-kendaraan pribadi yang hanya parkir di rumah.

Data di China menunjukkan bahwa emisi berkurang 25% di awal tahun, di New York polusi berkurang hingga 50%, di Eropa pencitraan satelit menunjukkan emisi nitrogen dioksida (NO2) memudar di atas Italia Utara. Begitu pula di Spanyol dan Inggris. Belum lagi berkurangnya emisi yang dihasilkan oleh pabrik dan pembankit listrik dikarenakan pabrik dan pembangkit listriknya ditutup.

Tentu ini adalah hikmah yang luar biasa, karena selama ini transportasi menyumbang 23% dari total emisi karbon global. Sejumlah peneliti juga mengungkapkan bahwa karena melambatnya aktifitas manusia, terutama yang menghasilkan emisi karbon menyebabkan lubang pada lapisan ozon di atas Antartika mengalami pemulihan.

Bumi menjadi lebih aman dan lebih hijau. Jika tanpa wabah ini, kira-kira berapa uang yang harus dikeluarkan oleh negara-negara di dunia untuk menyelamatkan bumi dan butuh berapa lama. Sungguh ini merupakan anugerah yang besar di balik musibah.

Kedua, menurunnya angka kecelakaan lalu lintas. Hikmah lain dari mewabahnya virus covid-19 ini adalah menurunnya angka kecelakaan lalu lintas. Hal ini dikarenakan beberapa negara menerapkan lockdown atau minimal slowdown dan banyak yang stay di rumah.

Data divisi humas Polri tanggal 3 April 2020 untuk wilayah Jawa Timur yang tidak menerapkan lockdown saja angka kecelakaan lalu lintas turun 40%. Padahal dalam kondisi normal, menurut Data Kepolisian RI tahun 2019 terdapat 23.530 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas selama setahun, atau sekitar 65 orang per hari atau dalam 1 jam ada 3 orang yang meninggal.

Artinya, jika dibandingkan dengan jumlah kematian yang diakibatkan wabah virus covid 19 di seluruh dunia dalam 2 bulan terakhir masih lebih besar jumlah orang meninggal karena kecelakaan di Indonesia saja. Data korban meninggal akibat covid 19 selama dua bulan terakhir di seluruh dunia sekitar 28 ribu lebih atau sekitar 9-10 orang per harinya atau 1 orang setiap kurang dari 2,5 jam.

Perbandingan ini bukan ingin mengecilkan jumlah korban akibat virus mematikan ini, tapi sekali lagi hikmah yang bisa dipetik adalah barangkali manusia banyak yang jadi korban akibat wabah virus ini tetapi pada saat yang sama, wabah ini menyelamatkan ratusan ribu atau jutaan orang dari kematian akibat kecelakaan lalu lintas.

Ketiga, meredanya perang. Sebelum munculnya wabah virus covid-19 ini dunia selalu diramaikan dengan pemberitaan tentang kekejaman perang antar sesama manusia terlepas dari motifnya apa. Ada perang Suriah, perang Israel-Palestina, perang Arab Saudi-Yaman, perang di beberapa negara Afrika, memanasnya hubungan Amerika dan Iran dan lain sebagainya.

Setelah kemunculan wabah virus covid-19 ini yang sangat cepat penyebarannya ke seluruh penjuru dunia, seakan manusia sejenak dilupakan untuk saling berperang. Bukan berarti perang tidak ada sama sekali, tapi paling tidak intensitasnya sangat menurun. Kalau dihitung berapa ribu, juta nyawa yang melayang akibat perang, berapa kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat perang. Tiba-tiba saja wabah ini seakan menghentikan gerak waktu, menghentikan sejenak perang. Berapa nyawa yang akhirnya tidak mati karena perang mereda. Sekali lagi ini adalah hikmah yang bisa menjadi ibrah bagi manusia.

Keempat, tumbuh suburnya budaya altruisme. Kemunculan wabah virus covid-19 ternyata juga membangkitkan budaya altruisme atau kedermawanan. Manusia mulai menyadari arti pentingnya solidaritas sesama manusia. Di saat-saat sulit manusia membutuhkan orang lain yang mengulurkan tangannya untuk membantu baik secara psikis maupun materi. Gerakan-gerakan filantropi tumbuh subur seiring terkuaknya kesadaran manusia untuk saling berbagi.

Kelima, menurunnya angka kemaksiatan di ruang publik. Tidak ada angka yang pasti tentang hal ini, tapi saya meyakini bahwa seiring dengan banyak negara atau daerah menerapkan lockdown atau minimal slowdown, aktifitas publik sangat dibatasi. Tidak hanya aktifitas positif yang dibatasi tetapi juga aktifitas negatif, banyak tempat lokalisasi, night club, tempat wisata esek-esek yang ditutup karena adanya wabah ini. Dengan demikian, paling tidak kemaksiatan di ruang publik akan menurun. Sebaliknya ghiroh beragama mulai bermunculan seperti tumbuhnya jamur di musim hujan.

Demikianlah beberapa hikmah di balik kemunculan wabah virus covid 19 yang bisa saya bagikan, semoga menjadi bahan muhasabah dan menumbuhkan optimisme di tengah ketidakpastian kapan berakhirnya wabah ini. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan segera mengangkat ujianNya ini.

Wallahu a’lam.

Jogja, Nisfu Sya’ban 1441 H.

Semoga artikel Hikmah di Balik Wabah Covid-19 ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..

simak artikel terkait Hikmah di Balik Wabah Covid-19 di sini

kunjungi juga channel youtube kami di sini

Penulis: Ahmad Saifuddin, Sekretaris NU Care-LAZISNU Sleman dan Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.

Editor: Anas Muslim

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *