Di pelataran masjid Nabawi di pagi yg dingin menusuki tulang, di tahun 2007, kyai salim Imron mendekatiku dan bertanya kabar Bapakku. Aku jawab kabar Bapakku baik2 saja. Ternyata kalimat itu sbg pembuka pembicaraan. Lebih lanjut Kyai Salim berkata, “Abah Sampeyan itu suka baca kitab. beliau sangat suka kalo diberi oleh2 kitab.”
Aku pun mengiyakan, dan aku katakan kpd Kyai Salim, “Kyai, saya sudah kirimkan kitab2 yg saya beli di Mekah, sewaktu akan meninggalkan Aziziyah.”
“oh, bagus kalo begitu, syukurlah sampeyan sudah membelikan kesukaan beliau”.
***
Di tahun 80 an, bapakku menunaikan ibadah haji untuk pertama kalinya. sepulang dari ibadah haji, sewaktu “bongkar” oleh2 haji, hal yg paling menyolok adalah bungkusan yg cukup besar. Ternyata bungkusan itu berisi kitab “sahih bukhari” dan “irsyadus sari”. Di bagian belakang terdapat tulisan, “hadiah dari David Sukedi” (David berasal dari Wonokromo dan pernah nyantri di Ngelom, dan waktu itu ia menjadi pekerja di Saudi). Sewaktu membuka kitab tsb. terlihat wajah bapakku sangat sumringah.
***
Di saat Bapakku berkesempatan dapat menunaikan haji kembali, oleh2 yg paling menyolok adalah kitab juga. Kali ini lbh dahsyat karena kitabnya lebih banyak. dan kitab tsb. dititipkan kpd beberapa org. Nama kitab tsb adalah “al majmu’ syarhul muhadzdzab” dan “ittihafus sadatil muttaqin” syarh ihya’. Dua judul kitab tsb berjilid2 sehingga harus dititipkan ke banyak org.
Saya dengar, bpkku tertarik membeli kitab majmu’ tsb karena mendapat rekomendasi dari Kyai Tolhah Mansur.
***
Kisah2 tsb memberi gambaran ttg kegemaran bapakku thd kitab kuning.
Dalam keseharian ketika kegiatan mengaji sdh selesai atau ketika ada waktu senggang, bapakku selalu memanfaatkan wkt tsb utk membaca. Mmg tdk selalu dari hal pertama. Cara yg ditempuh bapakku biasanya yg berkaitan dg tema atau yg sdg banyak diperbincangkan org. Misalnya ketika banyak org berbicara tahun baru masehi, ternyata bapakku mendapat keterangan dari kitab “Tafsir al Jailani”. yg pernah aku dengar dari beliau, mengapa keterangan di surat al kahfi ttg ashabul kahfi yg pernah tidur di gua selama 300 th itu ada 2 versi. sebab, sbgmn diterangkan dlm tafsir tsb, satu versi menghitung dari tahun komariyah, satu lagi menghitung dari th syamsiyah. itu artinya dua bentuk kalender itu mmg diakui.
***
seringkali bapakku mengatakan, kitab2 kuning yg ditulis oleh para ulama’ itu tidak sedikit memberikan inspirasi atau jalan keluar. Bapakku meyakini para ulama’ penulis kitab tsb adalah golongan org2 yg memperoleh hikmah. (sambil nukil ayat yu’til hikmata man yasya’ dst).
Dalam memperlakukan kitab kuning bapakku sangat hormat sekali. Sebab dari kitab kuning itulah kandungan Al Quran dan Al Hadits dpt diketahui dg tepat, tidak ngawur atau mengada ada.
Bapakku sangat marah kalau ada orang mengatakan, “inilah kelemahan kitab al um itu, inilah sisi negatif kitab tasawuf dsb.”
atau org menyatakan “Imam Syafii itu banyak kelemahan,” maka sontak bapakku pasti marah besar, sebab org yg menyalahkan imam syafii itu blm tentu faham ilmu2 keislaman.
***
Inilah Bapakku yg merupakan pembelajar sepanjang hayat, yg semangat belajarnya sdh seharusnya diteladani oleh keturunannya. Nah.
Lahul Fatihah.
Penulis: Muhammad Nuh.