Hasil Survei Rumah Survei Indonesia terkait Kinerja PWNU DIY 2016-2021

Hasil Survei Rumah Survei Indonesia terkait Kinerja PWNU DIY 2016-2021

Hasil Survei Rumah Survei Indonesia terkait Kinerja PWNU DIY 2016-2021.

Yogya, Bangkitmedia.com – Dalam rangka menyambut Konferensi Wilayah (Konferwil) XV PWNU DIY di Ponpes Al-Furqon Murtigading, Sanden Bantul, 15 Januari 2022 nanti, Rumah Survei Indonesia (RSI) melaporkan hasil survei kelembagaan tentang tata kelola keorganisasian jelang berakhirnya masa kepengurusan PWNU DIY Periode 2016-2021.

Penelit senior RSI Dr Ainul Yaqin menegaskan bahwa hasil survei ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi kepengurusan yang sekarang maupun yang akan datang agar dapat bekerja secara maksimal dan lebih baik dalam melakukan pemberdayaan pada warga Nahdliyin dan Masyarakat Yogyakarta pada umumnya.

“Survei dilaksanakan selama 2 bulan, dimulai dari perencanaan, merumuskan desain, pengumpulan data, pengolahan data, sampai penyusunan laporan hasil suvei. Survei ini menggunakan pendekatan evaluatif dengan jenis eksplanatori. Pengambilan sampling menggunakan teknik purposive sampling. Desain evaluatif mengacu kepada konsep Good Corporate Governance (GCG) untuk memperoleh gambaran praktik pengelolaan organisasi yang amanah dan prudensial dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh stakeholders. Terdapat 5 variabel untuk mengukur hal tersebut, meliputi aspek: Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Fairnes, dan Transpransi,” tegas Ainul Yaqin.

Lebih lanjut Ainul Yaqin menegaskan bahwa responden dalam survei ini dipilih atas dasar hubungan terdekat dengan pengurus PWNU DIY. Mereka adalah para pengurus harian dari lembaga-lembaga dan badan otonom yang menjadi bagian dari kepengurusan PWNU DIY periode 2016-2022.

“Para pengurus harian dari Pengurus Cabang NU (PCNU) di seluruh kabupaten dan kota di DIY juga menjadi responden dalam survei ini, yang terdiri dari 5 pengurus cabang di provinsi DIY, yaitu PCNU Sleman, PCNU Bantul, PCNU Kulonprogo, PCNU Gunung Kidul, dan PCNU Kota Yogyakarta,” tegasnya.

Di antara temuan penting dari survei RSI, katanya, adalah tentang upaya peningkatan akuntabilitas organisasi PWNU DIY periode 2016-2021 dilihat dari sisi ketersediaan instrumen pengelolaan program kerja.

“Terkait dengan pertanyaan “PWNU DIY memiliki instrument evaluasi”, 54% responden menjawab Ya, 42,9% responden menyatakan tidak tahu, dan 4,8% responden mengatakan Tidak. Tekait dengan pertanyaan “ada evaluasi pada tiap kegiatan PWNU”, 76,2% responden mengatakan Ya, sedangan 23,8% responden mengatakan Tidak Tahu. Terkait dengan pertanyaan “pelaksanaan program kerja mengacu pada program raker”, 85,7% responden bilang Ya, dan 14,3% responden menyatakan Tidak Tahu. Terkait dengan pertanyaan “program kerja disusun secara periodic, jangka Panjang, menengah dan pendek”, 66,7% responden menyatakan Iya, 31.0% responden mengatakan Tidak Tahu, dan 2,4% responden mengatakan Tidak. Terkait dengan pertanyaan “ada raker terstruktur yang dilakukan oleh PWNU DIY untuk dengar pendapat dengan Lembaga, Banom, dan PCNU”, 90,5% responden menjawab Ya, dan 9,5% responden meresponnya dengan memilih jawaban Tidak Tahu,” tegas Ainul Yaqin yang juga Ketua Lakpesdam PWNU DIY.

Dari hasil survei ini, lanjut Ainul Yaqin, dapat dilihat bahwa perlunya pengurus PWNU yang akan datang untuk membuat instrumen evaluasi kelembagaan sebagai upaya untuk mengevaluasi diri terkait dengan kekurangan-kekurangan dalam mengelola program organisasi.

“Meskipun 52,4% responden yang mengatakan pengurus PWNU mempunyai instrument evaluasi kelembagaan, akan tetapi ada 42,9% responden yang mengatakan tidak tahu, dan 4,8% responden mengatakan PWNU tidak mempunyai instrument evaluasi. Dalam hal ini, meskipun 4,8% responden ini bukan angka yang besar, tapi pengurus PWNU yang akan datang tetap harus menjadikannya bahan evaluasi,” tegasnya.

Penyusunan Periodesasi Program yang Perlu Ditata Kembali

Terkait Hasil Survei Rumah Survei Indonesia terkait Kinerja PWNU DIY 2016-2021 ini pula, Ainul Yaqin juga menegaskan bahwa catatan lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah penyusunan periodesasi program yang perlu ditata kembali. Dalam hal ini, 66,7% responden mengatakan program kerja sudah disusun secara periodik; jangka Panjang, Menengah dan Pendek, akan tetapi ada 2,4% responden mengatakan sebaliknya, dan ada 31,0% responden mengatakan tidak tahu. Dari angka ini, pengurus PWNU ke depan perlu Menyusun periodesasi program kerja yang dilaksanakan secara konsisten dalam bentuk program jangka pendek, menengah, dan Panjang.

“Di sisi lain, ada apresiasi yang cukup baik bagi pengrus PWNU 2016-2021 pada beberapa poin antara lain adanya 85,7% responden mengatakan pelaksanaan program kerja sudah mengacu pada program raker. Selanjutnya 76,2% responden mengatakan ada evaluasi pada tiap kegiatan PWNU.  Kemudian, apresiasi terbesar ada pada 90,5% responden yang mengatakan adanya raker dan dengar pendapat secara terstruktur antara pengurus PWNU dengan Lembaga, Badan Otonom (Banom), dan PCNU,” tegasnya.

“Dari salah satu poin hasil survei RSI ini, evaluasi dan pengelolaan organisasi dan program kerja PWNU perlu ditingkatkan. Sementara pelaksanaan program kerja dan kerja sama antara pengurus PWNU dengan Lembaga, banom, dan PCNU sudah cukup baik,” pungkasnya. (red/bangkitmedia.com)

Demikian Hasil Survei Rumah Survei Indonesia terkait Kinerja PWNU DIY 2016-2021. Semoga bermanfat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *