Oleh: Khotimatul Husna, Ketua PW Fatayat NU DIY
Ada orang menyebut, sukses itu kalau sudah komplet kebendaan yang dikuasai. Atau ada yang sebaliknya, dikuasai oleh benda-benda. Temanku membilang, sukses itu kalau sudah bisa bolak balik Saudi untuk ibadah haji bukan untuk menjadi TKI.
Ukurannya, maka menjdi TKI adalah kegagalan…hemm.
Tetangga jauhku mengatakan, sukses itu kalau sudah terbang ke seantero bumi dan bergelar yang orang pun susah payah untuk menyebut dan mengingat jabatan dan gelarnya.
Dalam timbangannya, seringkali yang menekuni tanah negeri dianggap remeh dan tak berarti.
Di seberang jalan, orang banyak membincang, klo sukses itu berilmu tinggi, bisa arogan, dan tampak pintar disegani. Pikirnya, orang bodoh itu disingkirkan, tak perlu diberi tempat, dan tak dihormati.
Entahlah, itu benar-benar sukses atau tidak.
Tapi, di sebagian sana, ada orang yang masih dan selalu bahagia, karena kedatangannya ditunggu entah karena dunianya yang sering didermakan, atau ilmunya meski sedikit atau banyak tapi diajarkan, atau tenaga dan pikirannya yang selalu dirasakan kemanfaatannya oleh banyak orang.
Sukses itu bukan karena secarik kertas, tapi karena membuat orang lain bahagia dengan keberadaan kita.