Hadist Itu Bisa Menyesatkan Kecuali bagi Ahli Fiqh.
Metode Fiqh Kaum Ekstremis itu Sama.
Muslim yang memahami agamanya secara tekstual, dia rawan sesat, karena belajar agama bukan dengan ulama dia akan terjebak kepada kelompok menyimpang.
Sangat keren dengan Motto “Mari Kembali Kepada dalil, kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, tetapi persoalannya siapa yang bisa memahami dari kedua sumber hukum di atas?
Ada Atsar dari Ibnu Wahab begini:
ولا مالك والليث لهلكت ، كنت أظن أن كل ما جاء عن النبي ﷺ يعمل به
“Kalau saja saya tak bertemu dengan Imam Malik dan al-Layts ibn Sa‘ad, maka celakalah saya! Dulunya saya mengira bahwa segala sesuatu yang datangnya dari Nabi SAW itu pasti bisa di‘amalkan begitu saja.” (lihat: Ibnu Asakir, Târikh Dimasyq).
Dan rawan sesat jika bukan ahlinya, sebagai mana Al-Haytami mngatakan:
الحديث مضلة إلا للفقهاء
Hadist itu bisa menyesatkan kecuali bagi Ahli Fiqh.
Dari berani dusta atas nama Tuhan, mereka suka menisbatkan dan mengklaim itu Qolaallah qola Rasulullah, padahal Allah dan rasulnya tidak mengatakan demikian.
Contoh dalam masalah demokrasi, dari pemahaman haram dalam partisipasi hingga mengkafirkan pelaku pencoblos itu sama metodologinya, sayangnya kelompok ini sering berdusta atas nama Allah, padahal hasil istinbath dalil, yang cara mengenalinya dengan jalan memahami dalil.
Padahal demokrasi hukum haram di Saudi yang sudah tegak syariat di sana, itu tidak boleh copypaste begitu saja di Indonesia, karena Hukum dan Fatwa bisa berubah di lain tempat, untuk itu ulama berbeda pendapat.
Menjadi takfiri itu ada kelasnya, ada jenjangnya, dari obral tabdi, naik ke tafsiq lalu ke takfir, mau bukti?
Lihat Garis hitam.
Demikian ulasan khusu kita kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua, baik dalam menghadapi perkara dunia terlebih yang berkaitan dengan kehidupan kelak di akhirat.
Penulis: Sofyan Tsauri, pengkaji ilmu keislaman.
Baca juga artikel menarik terkait lainnya. Baca di sini. Tonton video istimewa seputar hikmah kehidupan. Tonton di sini