Gus Ulil Segarkan Pemikiran Kaum Muda Jogja

Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghazali itu sangat relevan untuk situasi seperti sekarang ini. Situasi dimana radikalisme agama yang seringkali menegasikan aspek spiritualitas hadir di mana-mana.

Demikian dikatakan KH. Ulil Abshar Abdala, yang akrab disapa Gus Ulil, saat mengisi Kopdar Ngaji Ihya’ Ulumuddin di Kafe Basabasi, Sorowajan Jogjakarta, Ahad (4/02) Malam.

Bacaan Lainnya

Menurut Gus Ulil, Ihya’ Ulumuddin merupakan puncak dari pencapaian spiritual dari penulisnya (al-Ghazali) dalam hal pengembaraan ilmu. Al-Ghazali bahkan mengakui sendiri, bahwa saat muda dia pun melalui fase-fase umumnya anak muda yang dalam istilah kekinian disebut dunia aktivis, skeptis, dan sebagainya.

“Al-Ghazali juga sempat mengalami situasi keraguan. Bahkan al-Ghazali menyebut, bahwa barangsiapa yang belum pernah mengalami keraguan, maka merasakan nikmatnya iman bukanlah sebuah keniscayaan,” imbuhnya.

Kepada ribuan anak muda yang memenuhi lokasi acara, Gus Ulil menegaskan, kitab Ihya’ Ulumuddin merupakan sebuah otokritik untuk setiap dari kita. Melalui Ihya’ ini, al-Ghazali mengajak kita agar terlebih dahulu mengoreksi diri sendiri sebelum mengkritik pihak lain.

“Atau, dalam istilah agama yang sedang populer, al-Ghazali sedang mengajak kita untuk meng-amar ma’ruf nahi munkar diri sendiri terlebih dahulu sebelum ber-amar ma’ruf nahi munkar kepada pihak lain,” tandas Gus Ulil yang juga menantu KH A Mustofa Bisri (Gus Mus). (anwar).

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *