Saya menikmati percakapan politik di akar rumput Jawa Timur. Berbagai alasan dikemukakan masyarakat terkait siapa yang akan dipilih dalam pilkada Provinsi Jawa Timur nanti.
Ada yang memilih Gus Ipul dengan alasan; 1. Ikut dawuh kiai, dan seperti kita tahu Gus Ipul memang didukung kiai-kiai senior. 2. Argumen teologis; pemimpin laki-laki lebih didahulukan dari pemimpin perempuan; 3. Gus Ipul lebih pas jadi gubernur sementara Khofifah lebih cocok jadi menteri bahkan cawapres. 4. Alasan nasab, karena Gus Ipul adalah keturunan ulama, yaitu KH Bisri Syansuri.
Yang lain akan memilih Khofifah dengan alasan; 1. Kasihan karena Khofifah sudah berkali-kali nyalon tapi gak jadi, maka kali ini harus jadi. 2. NU PMII lebih didahulukan ketimbang NU HMI, sedangkan Khofifah adalah NU PMII. 3. Khofifah lebih punya kemampuan teknokratik ketimbang Gus Ipul.
Yang saya senang, semua alasan dikemukakan dengan rileks, santai, penuh suka cita. Tak ada tuduhan munafik pada lawan politik; tak muncul berita menolak penguburan jenazah, tak ada pengusiran kandidat dari masjid, tak muncul teriakan yang merendahkan cagub-cawagub.
Menyenangkan juga, program-program kerja yang diajukan para kandidat pun semuanya realistik, masuk akal. Tak ada program “aneh-aneh” kayak pilkada DKI Jakarta kemarin.
Untuk Gus Ipul dan Mba Khofifah, selamat berebut simpati warga Jawa Timur. Siapa pun yang terpilih, semoga membawa kebaikan buat Jawa Timur.
Sabtu, 23 Juni 2018
(Penulis: Dr KH Abdul Moqsith Ghazali)