Beberapa tahun sebelum Soeharto turun dari kursi kepresidenan Gus Dur sudah tahu bahwa dirinya akan menjadi presiden dan tidak akan lama. Ini disampaikan oleh Mbak Anita Wahid, putri Gus Dur, dalam diskusi buku “Menjerat Gus Dur” di idn Times. Dan itu juga dikonfirmasi kebenarannya oleh pak Priyo Budi Santoso (sosok yang juga terlibat dalam ide pelengseran Gus Dur). Artinya dia juga pernah dengar itu dan otak-otaknya sudah ditebak oleh Gus Dur dari sekian lama.
Di satu sisi Mbak Anita Wahid juga cerita, kebenaran isu itu juga pernah disampaikan langsung oleh Gus Dur kepada putrinya, Alissa Wahid. Kira-kira percakapannya seperti ini:
“Bapak sudah tahu kalau akan jadi presiden tapi tidak akan lama,” kata Gus Dur kepada Alissa.
“Loh, kalau gitu kenapa bapak mau?” Tanya Alissa
“Ya ini masa yang berat, kalau bukan bapak lalu siapa lagi yang kuat untuk melewati ini,” jawab Gus Dur
Bukan Gus Dur namanya kalau hidupnya itu tidak aneh super nyeleneh. Tapi jangan kaget, bukannya sosok satu ini memang selalu mempertontonkan tingkah-tingkah anehnya.
Di balik keanehan-keanehan beliau justru menyimpan banyak kemaslahatan yang besar bagi bangsa ini. Dan itu bisa dirasakan sekarang. Namun juga tak sedikit memantik kontroversi. Karena diakui atau tidak pemikiran Gus Dur memang sulit ditebak.
Gus Dur sosok yang mempunyai konsistensi tinggi, memegang prinsip demokrasi yang sehat dan kuat, dan luar biasanya tak bisa diajak kompromi. Jadi wajar, kalau dulu banyak elit-elit pemerintah merasa dirugikan dengan kebijakan-kebijakan Gus Dur.
Kekayaan-kekayaan mereka yang sudah dirampas sejak reformasi sulit dikembalikan. Maka salah satu caranya adalah melengserkan Gus Dur dengan cara-cara yang biadab.
Kembali lagi ke sosok beliau yang sudah tahu akan menjadi presiden tapi masanya tidak akan panjang. Kira-kira Pada tahun 1993, salah satu lembaga kajian islam mengadakan acara seminar di salah gedung Yogyakarta yang kebetulan salah satu nara sumbernya adalah Gus Dur.
Ada salah satu peserta seminar aktivis yang juga dikenal sebagai kritikus ulung pada masa orde baru, suka berdemo, wah intinya dia juga sama lah dengan Gus Dur kalau soal kritik ke pemerintahan orde baru.
Nah, pada sesi tanya-jawab ia angkat tangan sekaligus memberikan komentar. Ketika itu ia menyampaikan bahwasanya ia menjadi seorang pengkritik karena kecewa tidak dipilih menjadi seorang menteri.
Gus Dur yang waktu itu jadi Nara Sumber dalam seminar itu mencoba menanggapi komentar aktivis itu. Kira-kira jawaban beliau seperti ini klo diparafrasekan,
“Dengarkan dan catat ya mas,” kata Gus Dur.
“Menteri itu tidak seberapa, alias kecil. Saya gini-gini, pernah ditawari pak harto untuk jadi wakil dia. Saya tolak. Kenapa? Lah wong saya ingin jadi presiden kok,” Lanjut Gus Dur
Tentu ini satu bukti lain yang cukup menarik bahwa dalam diri Gus Dur ada semacam intuisi yang tak semua orang bisa memiliki itu. Sehingga apapun yang terjadi dengan Gus Dur, beliau sudah siap dengan segala risikonya.
Malang 9 Januari 2020
Penulis: Moh. Syahri