Suatu hari ada perhelatan acara “malam amal” yang diselenggarakan oleh Sebuah Rumah Pendampingan Anak jalanan. Acaranya bertajuk “satu jam bercanda bersama Gus Dur”. Host-nya Jaya Suprana dengan special guest star: Gus Dur. Acara yang digelar di Aula Perpustakaan Nasional itu sukses dihadiri seribuan peserta.
Di tengah acara, Gus Dur melelang kopiah yang biasa digunakan. Satu kopiah saja. Hasilnya didedikasikan untuk operasional Yayasan rumah sahabat anak itu, wadah pendampingan anak jalanan di mana dulu aku turut membantu mendampingi pamanku di sana.
Gus Dur sangat peduli terhadap aktivitas kemanusiaan, karenanya beliau menjanjikan akan memberikan sumbangan yang untuk ukuran saat itu lumayan besar; 50 juta. Acarapun usai, aku didapuk sebagai pembaca do’a meskipun risih menyampaikannya di depan seorang guru besar seperti Gusdur. Tapi aku fikir, tak mengapalah kan acaranya cuma becandaan sama Gus Dur, kaga seriusan. 😀
~~~~~~
Beberapa bulan setelah acara, pamanku segera mendatangi kantor PBNU di Kramat Raya, bermaksud menanyakan sumbangan yang Gus Dur janjikan. Dan begini Gus Dur menjawab, “lhaaa gitu aja ditanyain, itu kan acaranya satu jam bercanda sama saya, sumbangan itu cuma bercanda saja kok, jangan ditagih.”
Pamanku ikut tertawa, ia bukan hanya pengagum Gus Dur tapi sepertinya punya hubungan emosional yang khusus, apalagi sempat beberapa lama menjabat sebagai Komandan Banser. Ia meninggalkan kantor PBNU dengan riang, cuma sempat mendengar “do’a” Gus Dur untuk kebaikan dan keluasan Yayasan pendampingan anak yang diasuhnya.
~~~~~~~
Beberapa tahun setelah Gus Dur wafat, Rumah Sahabat anak itu benar-benar meluas, kini malah berkembang menjadi pesantren besar di daerah Bogor. Aku tahu, bahkan dalam candanya Gus Dur, masih terselip do’a untuk umat yang mencintainya.
Aku mencintaimu Gus…
Penulis: Kyai Enha.
